Berita Nasional Terkini

7 Tradisi Lokal Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang Paling Populer di Nusantara

Tradisi lokal dalam rangka memperingati Maulid Nabi yang hingga saat ini cukup terkenal dan masih terlestarikan di beberapa daerah di Indonesia.

Editor: Yara Tahnia
Grafis TribunKaltim.co via Canva
MAULID NABI 2025 - Contoh poster Maulid Nabi 2025 yang diolah di Canva. Setiap daerah menghadirkan nuansa khas, seperti tradisi Sekaten di Yogyakarta, Muludan di Cirebon, atau perayaan besar di sejumlah pesantren. Tradisi-tradisi lokal dalam rangka memperingati Maulid Nabi yang hingga saat ini cukup terkenal dan masih terlestarikan di beberapa daerah di Indonesia. (Grafis TribunKaltim.co via Canva) 

TRIBUNKALTIM.CO - Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu momen penting bagi umat Islam untuk mengenang kelahiran Rasulullah.

Perayaan ini tidak hanya bermakna religius, tetapi juga menjadi ajang mempererat persatuan dan kebersamaan antarumat.

Di banyak negara muslim, termasuk Indonesia, Maulid Nabi Muhammad SAW biasanya ditetapkan sebagai hari libur nasional.

Menariknya, setiap daerah memiliki cara tersendiri dalam merayakan hari besar ini, lengkap dengan tradisi dan kearifan lokal yang mencerminkan keragaman budaya nusantara.

Kapan Maulid Nabi Muhammad SAW 2025 Diperingati?

Maulid Nabi Muhammad SAW selalu jatuh pada 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriah.

Baca juga: Maulid Nabi Muhammad SAW 2025 Diperingati Kapan? Ini Jadwal Versi Pemerintah, NU dan Muhammadiyah

Melansir dari laman resmi Kementerian Agama (Kemenag), Maulid Nabi Muhammad SAW tahun 2025 diperingati pada Jumat, 5 September 2025, bertepatan dengan 12 Rabiul Awal 1447 H.

Makna Penting Maulid Nabi Muhammad SAW

Kelahiran Nabi Muhammad SAW dianggap sebagai peristiwa bersejarah yang membawa perubahan besar bagi umat manusia.

Rasulullah datang dengan risalah Islam yang menekankan nilai tauhid, kasih sayang, keadilan, serta akhlak mulia.

Karena itu, peringatan Maulid Nabi menjadi sarana umat Islam di seluruh dunia untuk mengungkapkan rasa syukur sekaligus merenungkan kembali teladan kehidupan beliau.

7 Tradisi Perayaan Maulid Nabi di Indonesia

Di Indonesia, Maulid Nabi biasanya diperingati dengan beragam tradisi, mulai dari pengajian, pembacaan shalawat, hingga kegiatan sosial.

Setiap daerah menghadirkan nuansa khas, seperti tradisi Sekaten di Yogyakarta, Muludan di Cirebon, atau perayaan besar di sejumlah pesantren.

POSTER MAULID NABI - Contoh poster Maulid Nabi 2025 yang diolah di Canva. Akses link download posternya dan cetak, bisa digunakan untuk acara perayaan Maulid Nabi di Masjid atau sekolah. (Grafis TribunKaltim.co/Canva)
MAULID NABI 2025 - Contoh poster Maulid Nabi 2025 yang diolah di Canva. Setiap daerah menghadirkan nuansa khas, seperti tradisi Sekaten di Yogyakarta, Muludan di Cirebon, atau perayaan besar di sejumlah pesantren. Tradisi-tradisi lokal dalam rangka memperingati Maulid Nabi yang hingga saat ini cukup terkenal dan masih terlestarikan di beberapa daerah di Indonesia. (Grafis TribunKaltim.co via Canva)

Semua ini menunjukkan bahwa Maulid Nabi bukan hanya peringatan keagamaan, melainkan juga wujud kekayaan budaya yang memperkuat persatuan bangsa.

Tradisi-tradisi lokal dalam rangka memperingati Maulid Nabi yang hingga saat ini cukup terkenal dan masih terlestarikan di beberapa daerah di Indonesia, sebagai berikut yang dikutip dari Kompas.com:

1. Tradisi Endhog-Endhogan

Tradisi endhog-endhogan merupakan tradisi yang sudah ada sejak tahun 1926 dan berasal dari dari Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur.

Tradisi endhog-endhogan dilakukan  dengan mengumpulkan ribuan telur itik lalu mengeluarkan jodang dari gedebog pisang, yang kemudian telor ditusuk menggunakan bilah bambu, dan dihiasi dengan bunga-bungan yang ditancapkan pada gedebog.

Ribuan telur itik tersebut kemudian diarak mengelilingi kampung sambil melantunkan shalawat dan bacaan-bacaan dzikir lainya.

Filosofi dalam tradisi ini berkaitan dengan kata “endhog” yang berarti telur yang memiliki tiga lapisan yaitu:

Baca juga: 4 Amalan Maulid Nabi Muhammad SAW 2025, Mendekatkan Diri kepada Allah SWT

Kulit telur yang dianalogikan sebagai lambang keislaman sebagai identitas seorang muslim, Putih telur melambangkan keimanan, Kuning telur dianalogikan sebagai keihsanan.

Tiga filosofi komponen tersebut mencerminkan akhlak Rasulullah yakni Islam, Iman, dan Ihsan yang merupakan harmonisasi risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW yang ditancapkan pada dirinya.

Kemudian pemilihan telur itik memiliki maksud tersendiri, yaitu itik melambangkan sesuatu yang selalu dekat dengan air dan itik juga  mudah untuk diarahkan.

Hal ini menggambarkan umat islam yang dekat dengan air wudhu akan lebih dekat dengan Tuhan-Nya.

Tradisi ini masih berkembang dan dilestarikan di tanah blambangan yang dilakukan oleh kalangan suku osing yang bergulirnya waktu telah membudaya di seluruh sendi lapisan waga lintas suku di Banyuwangi. 

2. Tradisi Ancak Agung

Tradisi peringatan Maulid Nabi Ancak Agung berasal dari Kabupaten Situbondo Jawa Timur adalah budaya kiran dengan menggiring ancak yang berisi beragam buah, sayuran, camilan, dan lainnya.

Bentuk ancak dalam tradisi ini cukup beraga, isinya pun juga bermacam-macam seperti berbagai jenis kue, telur, nasi kebuli, berbagai hasil bumi dan sebagainya.

Adapun juga pakaian, peralatan dapur, hingga uang.

Baca juga: 10 Contoh Teks Pildacil Maulid Nabi 2025 yang Mudah Dihafal untuk Lomba Anak-anak

Isian ancak tersebut ditempelkan dan dikaitkan, ada juga yang digantungkan menggunakan tali rafia, dan ada yang ditancapkan di pohon pisang menggunakan batang lidi menghiasi ancak. 

Iring-iringan kirab budaya “Ancak Agung” ini akan tiba di alun-alun kota dan isian ancak tersebut nantinya akan diperebutkan oleh warga karena diyakini akan membawa keberkahan.

3. Tradisi Bungo Lado

Tradisi ini berasal dari Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat khususnya tradisi khas masyarakat Padang Pariaman.

“Bungo Lado” artinya adalah pohon uang, di mana dalam tradisi ini warga akan membuat sejumlah pohon buatan yang dihiasi dengan uang kertas asli.

Uang kertas yang digunakan dalam budaya ini sangat beragam mulai dari pecahan kecil hingga nilai yang paling besar.

Selain membuat “Bungo Lado” masyarakat juga membawa makanan dan minuman secara sukarela untuk nantinya disantap bersama-sama.

4. Tradisi Maudu Lampoa

Tradisi Maudu Lampoa merupakan tradisi memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW di Takalar Sulawesi Selatan yang dilakukan di atas perahu.

Maudu Lampoa atau Maulid Besar dirayakan dengan menghias perahu dengan menggunakan selendang beragam warna, ribuan telur.

Baca juga: 50 Background Maulid Nabi 2025 Nuansa Hijau, Download dan Cetak untuk Acara di Sekolah atau Masjid

Serta bahan makanan tradisional seperti ayam beras dimasak setengah matang, beras ketan yang disusun seperti gunungan.

Adapun gunungan tersebut berisi mukena, kain khas Sulawesi, dan aksesoris yang akan diperebutkan oleh ribuan warga.

Uniknya sebelum diperebutkan, warga akan membacakan kitab Barzanji di sekitar gunungan tersebut.

5. Tradisi Keresan

Tradisi ini berasal dari Kabupaten Mojokerto khususnya oleh warga Dusun Mangelo, Desa Sooko, Kecamatan Sooko, Jawa Timur.

Dalam Tradisi Keresan ini warga akan menggantungkan hasil bumi seperti jagung, terong, nangka, nanas, dan kelapa muda di pohon kersen atau talok/malici.

Selain itu, kebutuhan pokok seperti sandal, sepatu, topi, pakaian, hingga jas hujan juga digantung bersama bahan-bahan hasil bumi tadi.

Proses peringatan Maulid Nabi dalam Tradisi Keresan ini dimulai dengan membaca doa secara bersama-sama dan setelahnya warga dapat mengambil barang-barang yang sudah digantung di pohon kersen tersebut.

6. Tradisi Grebeg Maulud

Tradisi ini dilaksanakan oleh Keraton Kesultanan Yogyakarta dengan mengarak tujuh gunungan besar yang terdiri dari tiga gunungan kakung (laki-laki).

Satu gunungan putri (perempuan), satu gunungan gepak (pekat), satu gunungan pawuhan (pembuangan sawah), dan satu gunungan dharat (tanah) yang berisi buah-buahan dan hasil panen lainnya.

Baca juga: 45 Poster Maulid Nabi 2025 Keren dan Penuh Warna, Cocok untuk Acara di Sekolah atau Masjid

Ketujuh gunungan tersebut akan disebar menuju tiga lokasi yaitu Masjid Gede Kauman, Puro Pakualaman, serta Kantor Kepatihan yang setelah tiba di sana akan dilakukan ritual doa yang kemudian akan diperebutkan oleh warga.

7. Tradisi Nasi kebuli

Tradisi Nasi Kebuli ini menjadi tradisi perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di DKI Jakarta yakni dengan menyajikan  nasi kebuli di Masjid untuk disantap ramai-ramai.

Selain di DKI Jakarta, di daerah Jawa Timur khususnya Kabupaten Situbondo tradisi Nasi Kebuli ini juga sangat populer pada saat perayaan Maulid Nabi.

Menurut KHR. Muhammad Kholil as’ad yakni seorang ulama yang berasal dari Jawa Timur menjelaskan bahwa asal nama kebuli sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu Qabul yang artinya diterima.

Sehingga tradisi ini menunjukkan bahwa hidangan maulid nabi pasti akan diterima karena nantinya  akan disantap bersama-sama.

(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "7 Tradisi Perayaan Maulid Nabi 2025".

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved