Berita Kaltim Terkini
1 Kasus Penyakit Jembrana Diduga Terdeteksi di Kaltim, Tingkat Kematian Lebih Tinggi dari PMK
Satu kasus penyakit Jembrana terdeteksi di Kalimantan Timur di tahun ini, Penyakit virus yang disebarkan melalui gigitan serangga pengisap.
Penulis: Raynaldi Paskalis | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Satu kasus penyakit Jembrana terdeteksi di Kalimantan Timur di tahun ini, Penyakit virus yang disebarkan melalui gigitan serangga pengisap darah ini memiliki tingkat kematian jauh lebih tinggi dibandingkan LSD dan PMK.
Penyakit Jembrana adalah penyakit virus akut pada sapi Bali yang disebabkan oleh Jembrana Disease Virus (JDV) dari kelompok Retrovirus, ditandai dengan demam tinggi, anoreksia (tidak mau makan), pembengkakan kelenjar limfa, diare berdarah, dan perdarahan pada kulit serta selaput lendir.
Dijelaskan oleh Kepala Bidang Kesehatan Hewan DPKH Kaltim, drh. Dyah Anggraini, untuk diketahui, LSD (Lumpy Skin Disease) adalah penyakit kulit menular pada sapi yang ditandai dengan benjolan-benjolan di seluruh tubuh.
Sementara PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) merupakan penyakit yang menyerang mulut dan kuku ternak dengan gejala luka lepuh. Keduanya memiliki tingkat kematian rendah, umumnya di bawah 5 persen.
Baca juga: Kaltim Masih Impor 70 Persen Daging Sapi, Ketua DPRD Minta Segera Mandiri
Berbeda dengan LSD dan PMK, Jembrana adalah penyakit virus yang spesifik menyerang sapi Bali dengan tingkat kematian yang jauh lebih tinggi, bisa mencapai 20 persen atau lebih.
drh. Dyah Anggraini menjelaskan bahwa Jembrana menjadi salah satu penyakit yang patut diwaspadai di wilayah ini, selain LSD dan PMK yang sudah lebih dikenal masyarakat.
"Kalau di sapi Bali itu ada Jembrana. Kalau Jembrana tinggi, kematian tinggi. Jembrana itu hanya menyerang sapi Bali," ujar Dyah, Jumat (3/10/2025).
Berbeda dengan PMK dan LSD yang tingkat kematiannya rendah, Jembrana memiliki tingkat mortalitas yang cukup mengkhawatirkan.
Hal ini membuat penyakit tersebut menjadi perhatian serius bagi peternak sapi Bali di Kalimantan Timur.
Tahun ini, penyakit Jembrana telah terdeteksi di wilayah Kalimantan Timur. Dyah mengungkapkan bahwa kasus tersebut terjadi di salah satu kabupaten.
"Jembrana yang terdeteksi untuk tahun ini hanya di satu Kabupaten Kutai Timur ya di Kecamatan Sangkulirang," terang Dyah.
Baca juga: Upaya DKK Balikpapan Kendalikan Penyakit Campak hingga 0 Kasus, Sedia Vaksin dan Sosialisasi
Pada kasus di Sangkulirang, penyakit ini terdeteksi pada bulan Agustus lalu yang menyerang 2 ekor ternak sapi milik masyarakat.
Meski penanganan dilakukan dengan cepat, namun 1 ekor tidak dapat diselamatkan.
Informasi terkait kasus ini mendapat respons cepat dari pihak terkait melalui sistem pelaporan yang sudah terbangun.
Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (iSIKHNAS) memungkinkan petugas untuk segera melakukan penanganan ketika ada laporan masuk dari lapangan.
Usai kejadian tersebut, DPKH Kaltim telah melakukan vaksinasi terhadap ternak sapi di sekitar kawasan Sangkulirang.
Langkah ini bertujuan untuk membentuk titer antibodi sehingga hewan ternak dapat memiliki ketahanan terhadap penyakit Jembrana.
Dyah menjelaskan bahwa penyakit Jembrana disebarkan melalui vektor berupa serangga pengisap darah.
Hal ini membuat pencegahan menjadi lebih menantang karena melibatkan faktor lingkungan.
Dyah menegaskan bahwa kasus serupa berpotensi terjadi di wilayah lain di Kalimantan Timur, terutama di daerah dengan lalu lintas hewan ternak yang tinggi.
Untuk mencegah penyebaran penyakit, pihaknya mengingatkan peternak untuk menjaga kebersihan lingkungan dan kandang.
"Ya, kebersihan lingkungan, kebersihan kandang agar supaya lalat-lalat pengisap darah serangga itu tidak berkembang biak di situ," tegas Dyah.
Lebih mengkhawatirkan, hewan yang terinfeksi Jembrana bisa menjadi karier. Artinya, hewan tersebut terlihat sehat.
Namun dapat menyebarkan virus melalui perantara serangga pengisap darah. Hal ini membuat investigasi rutin sangat diperlukan untuk deteksi dini.
Kondisi tubuh hewan juga menentukan apakah virus akan berkembang atau hewan dapat bertahan. Dalam beberapa kasus, hewan yang terinfeksi tetap terlihat sehat tergantung pada kondisi fisiknya.
Mengingat tingkat kematian Jembrana yang tinggi, tindakan cepat sangat diperlukan sebelum petugas dari dinas peternakan tiba di lokasi.
Dyah menyarankan, langkah awal yang harus dilakukan peternak ketika menemukan gejala pada ternaknya.
"Di isolasi dulu, dipisahkan dari ternak yang lain," pungkasnya. (*)
POPULER KALTIM: Kecelakaan Maut Balikpapan, Dapur MBG Disetop, Penipuan Modus Proyek Fiktif |
![]() |
---|
Kaltim Masih Impor 70 Persen Daging Sapi, Ketua DPRD Minta Segera Mandiri |
![]() |
---|
Kaltim Masih Kekurangan 500 Ribu Sapi untuk Capai Swasembada 2027 |
![]() |
---|
Wagub Seno Aji Minta Perusahaan Tambang dan Sawit Bantu Peternak Kaltim |
![]() |
---|
OJK Kaltimtara Imbau Himbara Cermat soal Kebijakan Menkeu Purbaya Salurkan Rp200 Triliun |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.