Berita Berau Terkini

Digitalisasi RSUD Abdul Rivai Berau Diperlukan, Terkendala Cari Tenaga Ahli Teknologi Informasi

Joesram, mengakui masih adanya kendala yang membuat pelayanan kesehatan di rumah sakit terbesar di Kabupaten Berau

Penulis: Renata Andini Pengesti | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/RENATA ANDINI
PELAYANAN RSUD BERAU - Pelayanan Gedung Walet RSUD Abdul Rivai yang baru untuk meningkatkan pelayanan. Dia mengakui masih adanya kendala yang membuat pelayanan kesehatan di rumah sakit terbesar di Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur belum berjalan maksimal. (TRIBUNKALTIM.CO/RENATA ANDINI) 

TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Direktur RSUD dr. Abdul Rivai, Joesram, mengakui masih adanya kendala yang membuat pelayanan kesehatan di rumah sakit terbesar di Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur belum berjalan maksimal.

Salah satunya adalah masalah penerapan sistem teknologi informasi (IT) dan digitalisasi yang hingga kini masih menghadapi berbagai hambatan.

Menurut Joesram, digitalisasi layanan kesehatan memang menjadi kebutuhan wajib.

Namun, ketersediaan sumber daya manusia (SDM) di bidang IT yang mumpuni masih sangat terbatas, terutama di daerah.

Baca juga: Bupati Berau Sri Juniarsih: Tidak Boleh Ada Pasien Ditolak di RSUD Abdul Rivai

“Di sistem IT dan digitalisasi, itu kan sesuatu yang baru dan wajib. Kelemahan kami juga ada pada mencari orang IT yang bagus, apalagi di luar daerah. Standar gaji mereka cukup tinggi, sehingga sulit untuk mendapatkan yang benar-benar bisa terjangkau,” ungkapnya kepada TribunKaltim.co, Selasa (7/10/2025).

Saat ini, RSUD dr. Abdul Rivai di Kabupaten Berau masih mengandalkan pihak ketiga untuk mengelola sistem IT.

Namun, solusi tersebut menurutnya belum sepenuhnya optimal.

Ia menyebut, pengelolaan sistem IT merupakan pekerjaan jangka panjang, bukan sekadar perbaikan singkat.

Kalau dikerjakan setengah jalan, hasilnya tidak akan maksimal. Karena ini adalah sistem warisan yang memang harus dibenahi secara menyeluruh.

"Kalau hanya parsial, justru bisa menghabiskan banyak anggaran tanpa hasil signifikan,” katanya.

Selain keterbatasan SDM, tantangan lain yang dihadapi adalah sinkronisasi sistem dengan BPJS Kesehatan.

Menurut Joesram, proses integrasi atau bridging data antara rumah sakit dengan sistem BPJS memerlukan waktu cukup lama sebelum benar-benar dapat digunakan.

Baca juga: DPRD Berau Minta RSUD Abdul Rivai Terapkan Sistem One Day Care untuk Pasien Talasemia

Sinkronisasi dengan sistem BPJS itu sangat sulit. Proses bridging saja sampai setahun baru bisa terkoneksi penuh.

"Ini yang menjadi salah satu penyebab pelayanan digital belum berjalan mulus, terutama soal kepastian antrian pasien,” ujarnya.

Joesram menyebut, lambannya proses integrasi sistem kerap menjadi keluhan masyarakat, terutama ketika data pasien tidak langsung terbaca atau antrian tidak terkonfirmasi secara cepat.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved