SD YPPSB 1 Sangatta Terapkan Pola Bilingual
Targetnya tahun 2012 SD YPPSB 1 benar-benar menjadi sekolah yang menggunakan dua bahasa sebagai pengantar.
Sekolah yang terletak di Jalan Munthe, Kecamatan Sangatta Utara ini juga telah ditunjuk sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) sejak 2009 lalu. Saat ini sekolah masih memproses ISO 9001:2008 yang diperkirakan selesai sekitar November 2011.
Kepala SD YPPSB 1, Drs Wariadi M.Pd, menjelaskan pada awal berdirinya tahun 1991, SD YPPSB memiliki 10 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 292 orang. Tahun 2003 jumlah kelas mencapai 41 kelas dengan jumlah murid 1384 orang. Saat itulah SD YPPSB dimekarkan menjadi SD YPPSB 1 dan SD YPPSB 2.
Status SD YPPSB 1 adalah kelanjutan dari SD YPPSB sebelumnya. Pada tahun pembelajaran 2010/ 2011, SD YPPSB 1 memiliki 21 kelas, 693 siswa, dan 35 orang guru. Seratus persen siswa merupakan putra-putri karyawan PT Kaltim Prima Coal yang berdomisili di area perumahan perusahaan dan sekitarnya.
Sejak tahun pembelajaran 2006/ 2007 Pemkab Kutai Timur telah menetapkan SD YPPSB 1 sebagai sekolah unggulan nasional dan disiapkan sebagai Sekolah Berstandar Internasional RSDBI. Penunjukkan dari Dinas Pendidikan Provinsi Kaltim dilaksanakan pada tahun 2009.
Wariadi menjelaskan, salah satu program sekolah yang saat ini terus dikembangkan adalah program bilingual pada beberapa kelas di mata pelajaran tertentu. "Targetnya pada tahun 2012 SD YPPSB 1 benar-benar menjadi sekolah yang menggunakan dua bahasa (Inggris dan Indonesia) sebagai pengantar pembelajarannya," katanya.
Saat ini pola bilingual telah diterapkan mulai kelas 1 sampai kelas 4. Untuk kelas 2, 3, dan 4, pemberlakukan hanya dilakukan di satu kelas per jenjangnya sebagai proyek percontohan. Adapun di kelas 1, seluruh kelas sudah menggunakan pola bilingual.
Pola bilingual sementara ini dikhususkan pada pelajaran Matematika dan IPA. Umumnya, penjelasan disampaikan dalam bahasa Indonesia. Sedangkan perintah dan penugasan diberikan dalam bahasa Inggris. Proporsi penggunaan bahasa Inggris semakin meningkat seiring peningkatan jenjang kelas.
"Untuk buku teks, kami menggunakan yang bilingual. Sempat dilakukan penggunaan buku teks pure berbahasa Inggris. Namun setelah dipertimbangkan, kami memilih buku bilingual agar orang tua siswa bisa membimbing di rumah," katanya. (khc)