Breaking News

Arkeolog UGM Teliti Batu Ukir di Bojoq Kampung Jelmuq

Tiga ahli arkeolog dari UGM Yogjakarta melakukan penelitian kebenaran cerita rakyat tentang batu ukir di Bojoq Kampung Jelmuq.

zoom-inlihat foto Arkeolog UGM Teliti Batu Ukir di Bojoq Kampung Jelmuq
Tribunkaltim/Alex Pardede
Tiga ahli arkeolog dari UGM Yogjakarta melakukan penelitian kebenaran cerita rakyat tentang batu ukir di Bojoq Kampung Jelmuq.
SENDAWAR, tribunkaltim.co.id– Ketua Sanggar Seni Kabupaten Mook Manaar Bulatn mendatangkan tiga ahli arkeolog dari Universitas Gajah Mada Yogjakarta guna melakukan penelitian kebenaran cerita rakyat tentang batu ukir di Bojoq Kampung Jelmuq Kecamatan Tering.

Penelitian ini dilakukan guna memastikan cerita legenda ratusan silam tentang Selutatn Tutungk Ubat yang membawa seluruh keluarganya  untuk bunuh diri bersama seluruh harta bendanya, dengan cara masuk ke dalam gua dengan memerintahkan anak buahnya menutup pintu gua dengan batu besar.

Aksi dilakukan sebagai bentuk kekecewaannya terhadap Sultan Mulawarman, ketika meminta pembagian kekuasaan untuk mendirikan kerajaan di daerahnya tidak dikabulkan, Jumat (19/10) lalu.

Ketiga arkeologi dari Universitas Gajah Mada Yogjakarta yaitu DR Daut Aris Tanudirjo M A, Drs Tjahjuno Prasajo M A dan Gregorius Dwi Kuswanto S S.

Setelah melihat kondisi di lapangan, arkeologi Jogjkarta yaitu DR Daut Aris Tanudirjo yang didampingi Tjahjuno Prasajo menjelaskan sejauh yang kita lihat sampai saat ini, batuan dan goresan/bentuk ukiran yang ada di batuan tidak ada tanda-tanda bentukan manusia dan bisa dipastikan goresan yang ada murni bentukan alam.

Selain itu dilokasi juga tidak ada tanda-tanda orang bermukim disekitar tempat tersebut, walaupun begitu untuk memastikan itu semuanya harus perlu pembuktian melalui uji secara akademik. Pada jaman dahulu mungkin saja membuat goresan-goresan yang tidak kita mengerti tetapi itu sengaja dibuat oleh manusia.

“Sehingga perlu diteliti lebih dalam, tetapi untuk batu ukir di Bojoq yang dikatakan masyarakat ini kuat dugaan adalah murni bentuk alam yang disebut Kolumne,” tandas Daut.

Saat disinggung apakah dapat menjadi objek wisata dari alam dan benda buatan manusia, Daut menegaskan itu sangat tergantung dari manusia dalam mengemasnya, jika nanti hasil penelitian ukiran/goresan dibatuan memang murni bentukan alam. Tapi tetap kita menunggu hasil uji secara akedemik, dimana beberapa bagian batuan yang ada dibawa sebagai sampel /contoh untuk diteliti. Dengan memakan waktu 1-2 minggu kedepan akan dapat diketahui hasil pasti dari uji akademik bentukan alam atau buatan manusia. “Tetapi untuk sementara bisa disimpulkan murni bentukan alam,” tegasnya.

Sekali lagi Daut menegaskan, saat ini kita baru melihat faktor geologinya dulu, nanti setelah ada hasil penelitian baru dijelaskan dari proses yang membentuk batuan yang ada seperti apa. sehingga batuan yang ada juga ada yang dibawa menjadi sampel untuk diteliti, jika dalam ujicoba dapat diketahui umurnya baru bisa diketahui umur batuan yang ada terbentuk kapan.

“Untuk mengetahui secara pasti batu-batu seperti diukir tersebut, apakah sengaja dibuat manusia pada jaman dahulu atau itu murni terbentuk oleh proses alam,” ungkap Ketua Sanggar Seni Kabupaten Mook Manaar Bulatn Ny Lucia Mayo Thomas yang mendampingi tim arkeolog Universitas UGM Jogjakarta.

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved