Rusun akan Gantikan Rumah Tapak untuk Relokasi Karang Mumus

Sesuai kontrak, CV Karya Kencana Mandiri selaku kontraktor masih punya waktu selama 180 hari untuk menuntaskan proyek tersebut.

Penulis: Doan E Pardede |
TRIBUNKALTIM.CO/DOAN E PARDEDE
Kepala DCTK Samarinda Ismansyah bersama para pejabat terkait meninjau rumah yang sudah terbangun di Handil Kopi, Pelita 4, Sambutan, Rabu (26/8/2015). 

Laporan wartawan TribunKaltim.co, Doan Pardede

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Relokasi warga dari bantaran Sungai Karang Mumus (SKM) mulai menunjukkan kemajuan.

Sebanyak 53 unit dari total 84 unit rumah sederhana sehat (RSH) yang ditujukan untuk warga eks relokasi, fisik rumah sudah rampung dibangun di Handil Kopi, Pelita 4 Sambutan.

Sesuai kontrak, CV Karya Kencana Mandiri selaku kontraktor masih punya waktu selama 180 hari untuk menuntaskan proyek tersebut.

Kepala Dinas Cipta Karya dan tata Kota (Disciptakot) Samarinda Ismansyah ketika meninjau lokasi, Rabu (26/8/2015) mengatakan, program relokasi warga dari bantaran SKM ini sudah dimulai dijalan tahun 1999 lalu.

Jumlah bangunan yang terdapat di sepanjang bantaran SKM dari segmen Jembatan I hingga Jembatan VII ada 3.915 buah.

Namun hingga saat ini, yang sudah direlokasi baru hanya sekitar 1.600 buah. Dengan rampungnya 84 rumah ini nantinya, diharapkan bisa mendorong penuntasan program relokasi SKM tersebut yang dilakukan secara bertahap.

Dengan kata lain, masih dibutuhkan lebih dari 2.000 unit rumah untuk program tersebut.

BACA JUGA: Relokasi Karang Mumus Lamban karena Susah Selaraskan Keinginan

Selain di lokasi ini, warga juga sudah di relokasi ke Perumahan Bengkuring, Perumahan Sambutan, Handil Kopi, Damanhuri, dan Talang sari. Untuk tipe rumah, sama seperti sebelum-sebelumnya yang sudah terbangun yakni tipe 36/150.

"Kalau listrik dan air sudah tersambung langsung kita serah terimakan," katanya.

Sementara itu, Kabid Perumahan dan Pemukiman (Perkim) Disciptakot Samarinda, Deny Alfian mengakui, relokasi dengan sistem ganti rumah tapak memang sulit dilakukan karena minimnya lahan. Dan itulah salah satu alasan yang membuat lambatnya proses relokasi warga SKM tersebut.

Ke depannya, sudah ada rencana pembangunan rumah susun (rusun) sebagai ganti rumah tapak yang dirasa akan lebih mudah, karena lahan yang dbutuhkan tidak terlalu luas.

Namun wacana itu kata dia, merupakan program pemerintah pusat dan pemerintah daerah hanya mempersiapkan lahannya. Untuk teknis pembangunan rusun dan berapa jumlah yang akan dibangun, masih akan dibahas kedepannya.

Dengan relokasi ke rusun tadi kata Deny, memang ada masalah lain yang harus dihadapi yakni merubah kebiasaan masyarakat yang sudah biasa dihidup di rumah tapak menjadi ke rumah susun. Namun dengan berbagai sosialisasi, menurutnya hal itu bisa terlaksana kedepannya.

"Kita harus merubah persepsinya," katanya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved