Layanan SIM Online

Ketemu Orang Ngeyel dan Rewel Vrisca Tetap Senyum

Saya sih biasa saja kalau ketemu sama orang yang ngeyel. Saya tetap layani. Sabar saja. Walau pahit tetap pasang muka senyum.

Penulis: Budi Susilo | Editor: Fransina Luhukay
Tribun Kaltim/Budi Susilo
Betty Vrisca Niken Lestari, petugas layanan SIM Online di Polres Bulungan. 

TRIBUNKALTIM.CO - Pengalaman kerjanya sebagai polisi wanita di Polres Bulungan, Vrisca, menganggap cukup makan asam garam. Sejak tahun 2007, perempuan asal Balikpapan ini ditugaskan di Mapolres Bulungan.

Sebelum itu, di tahun 2001 dirinya bertugas di Kota Tarakan. Namanya prajurit, dia mesti siap ditugaskan dimana saja. "Dari Tarakan saya dipindah ke Tanjung Selor," ujar wanita bernama lengkap Betty Vrisca Niken Lestari ini kepada Tribunkaltim.co.

Dirinya sudah bertugas lama sebagai petugas loket pembuatan SIM online di Mapolres Bulungan. Banyak cerita pahit yang dia rasakan ketika menjalankan tugasnya, melayani masyarakat. "Kadang saya ketemu sama orang yang rewel. Banyak protes bila disuruh untuk melengkapi persyaratan pembuatan SIM," ungkap perempuan kelahiran 18 Maret 1986 ini.

Padahal, semua syarat yang harus dipenuhi oleh pemohon tersebut bukan aturan yang muncul dari keinginan Vrisca, akan tetapi aturan yang sudah baku dari peraturan legal formal Mabes Polri. "Saya sih biasa saja kalau ketemu sama orang yang ngeyel. Saya tetap layani. Sabar saja. Walau pahit tetap pasang muka senyum," ujarnya.

Kisah pahit berikutnya, ialah mengenai infrastruktur internet yang lelet. Sekarang ini layanan SIM menggunakan sistem daring, yang sangat mengandalkan jaringan internet. "Internetnya bisa jalan. Tapi paling sering sinyalnya itu jalan lambat. Lagi mau masukkan data pemohon, internet lambat, terpaksa tertunda dulu," ujarnya.

Kontan, kondisi demikian memperlambat kinerjanya. Sebagian besar masyarakat banyak yang tidak tahu. Dianggap pembuatan SIM itu lama dan membosankan. "Lagi-lagi ini soal jaringan internet. Jika lagi lambat, maka pemohon harus menunggu lama. Antreannya bisa sampai panjang," tuturnya.

Mungkin, tambahnya, penerapan SIM daring adalah yang pertama kalinya. Di masa mendatang, diharapkan ada perbaikan dan peningkatan kualitas. Dari pengalaman kita bisa belajar. Semoga ke depan ada langkah yang lebih baik," kata Vrisca.

Sebenarnya, saat masih kecil dirinya tidak punya cita-cita menjadi polisi. Waktu itu Vrisca ingin menjadi dokter yang punya peran menyembuhkan beragam penyakit. Namun garis tangan berbicara lain.

Vrisca masuk kepolisian berkat nasihat ayahnya. "Bapak saya Brimob. Saya diarahkan masuk ke polisi. Saya ikuti nasihatnya dan akhirnya memang diterima juga. Sekarang saya sudah menikmati profesi (polisi) ini," ungkapnya.

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved