Ujian Nasional
Anggapan Miring jadi Alasan Orangtua Enggan Titipkan Anak di SLB
Jika rata-rata peserta UN mengumpulkan hasil di detik-detik terakhir, para anak berkebutuhan khusus (ABK) ini selalu lebih cepat menuntaskan soal.
Penulis: Doan E Pardede |
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG SELOR - Suasana Ujian Nasional (UN) di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Tanjung Selor, tak ubahnya pelaksanaan ujian di sekolah-sekolah lainnya.
Hanya saja, jika rata-rata peserta UN mengumpulkan hasil di detik-detik terakhir, para anak berkebutuhan khusus (ABK) ini selalu lebih cepat menuntaskan semua soal yang diujikan.
Sama seperti sekolah-sekolah pada umumnya, Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Tanjung Selor juga ikut melaksanakan Ujian Nasional (UN) tingkat SMP/MTs, Senin (9/5/2016).
Kali ini di sekolah yang beralamat di Jalan Kakatua, RT 18 Tanjung Selor ini, ada sebanyak 3 siswa yang mengikuti UN. Ketiga peserta dibagi 2 kategori yakni UN SLB B (tunarungu-wicara) dan UN SLB C (tunagrahita). Untuk UN tingkat SMA/MA/SMK sebelumnya, di SLB ini juga ada 3 peserta dan semuanya dinyatakan lulus.
Baca: Bersemangat Kerjakan Soal, Peserta UN SLB Selalu Selesai Lebih Awal
Pantauan Tribunkaltim.co di lokasi, sekilas suasana ujian relatif sama dengan suasana ujian pada umumnya. Sebanyak 3 siswa yang terdiri dari 1 pria dan 2 wanita yang lengkap mengenakan seragam pakaian putih biru, diawasi oleh 3 orang guru.
Bedanya, jika ujian biasa terkesan kaku, suasana di SLB lebih cair. Dimana jika sewaktu-waktu peserta kesulitan atau butuh bantuan, pengawas siap memberikan petunjuk.
Saat ini kata Yozabat, Kepala SLB Negeri Tanjung Selor, ada total 43 siswa dari tingkat SD, SMP hingga SMA yang ada di sekolahnya. Rata-rata kata dia, peserta ujian di SLB menuntaskan soal-soal yang diberikan dibawah waktu yang dipersiapkan.
"Waktunya tetap 90 menit, tapi belum habis sudah selesai," katanya.
Sejauh ini kata dia, hanya ada 10 orang guru di SLB yang didirikan tahun 1988 lalu ini. Jumlah ini, menurutnya masih sangat minim. Khusus untuk Pemkab Bulungan, dia berharap ada perhatian khusus, dan SLB tidak disamakan dengan sekolah-sekolah lainnya.
"Yang sangat saya butuhkan itu guru autis," katanya.
Usai UN ini kata dia, tiap peserta juga akan mendapatkan ijazah. Namun tentunya, ijazah ini hanya bisa digunakan untuk mendaftar di SLB tingkat SMA nantinya.
Untuk ijazah, sejak SLB ini masuk ke Provinsi Kaltara, memang ada masalah. Dimana lulusan tahun 2015 lalu, hingga kini entah mengapa ijazahnya belum diterbitkan.
"Ijazah SMP dan SD, saya nggak tahu apa masalahnya. Tapi sudah saya laporkan," katanya.
Sebenarnya kata Yozabat, masih banyak ABK di Kabupaten Bulungan yang belum masuk SLB. Salah satu kendalanya, masih banyak komentar miring seputar SLB yang beredar di tengah-tengah masyarakat.