Mendesak Pembangunan LPKA

Sering Bergaul dengan Tahanan Dewasa, Napi Anak Bisa Jadi Lebih Jahat

Intensitas kontak antara mereka yang tak dapat dihindarkan itulah yang bisa menjadi sebab pertukaran informasi dan ilmu (kriminalitas).

Penulis: tribunkaltim | Editor: Amalia Husnul A
TRIBUN KALTIM/NEVRIANTO HARDI PRASETYO
Kasi Bina Dik, Lapas Kelas II A Samarinda, Selamet Pujiono mengumpulkan narapidana anak di jalan Jendral Sudirman, Jumat (12/8/2016). Di Lapas Kelas IIA diterapkan terapi Community yang mengupayakan narapidana tetap memiliki masa depan dan cita cita. 

Laporan wartawan Tribun Kaltim, Muhammad Fachri Ramadhani, Christoper Desmawangga, dan Rahmat Taufik

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Narapidana dan tahanan anak di Kalimantan Timur tergolong cukup banyak. Sayangnya, hingga saat ini belum ada Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) di Kaltim.

Napi dan tahanan anak terpaksa harus bergabung di lingkungan narapidana dewasa, kendati blok maupun kamar mereka terpisah.

Masih bercampurnya napi anak dan dewasa di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) atau Rumah Tahanan (Rutan) menjadi fenomena memprihatinkan.

Menurut Kepala Lapas Klas IIA Balikpapan Eddy Hardoyo, seharusnya napi anak ditempatkan di lokasi khusus pembinaan anak, sehingga terhindar dari pergaulan bersama narapidana dewasa dan berpengalaman di dunia kejahatan.

Risiko pembauran lebih condong berdampak negatif kepada tahanan anak. "Tidak menutup kemungkinan mereka (napi anak) belajar, lalu berbagi pengalaman dengan tahanan dewasa di lapas," kata Eddy.

BACA JUGA: Terkait Sejumlah Serangan Bom, Polisi Tahan 2 Orang Terduga Pelaku

Tentunya yang dipelajari tidak jauh dari tindakan kriminal, sehingga mempengaruhi pemikiran mereka kelak saat keluar dari lapas bisa menjadi lebih jahat.

Intensitas kontak antara mereka yang tak dapat dihindarkan itulah yang bisa menjadi sebab pertukaran informasi dan ilmu (kriminalitas).

"Kebanyakan orang bilang lapas adalah sekolah tinggi ilmu kejahatan. Rata-rata yang dipelajari tentu yang negatif. Itu yang sangat dikhawatirkan (menjadi lebih jahat). Yang tadinya curi sandal, ngobrol-ngobrol terus keluar mencuri sepeda, kemungkinan itu bisa saja terjadi," ujarnya.

Di Lapas yang ia pimpin saat ini, 14 napi anak dibina bersama napi umum lainnya.

Pihaknya memisah antara blok tahanan anak dan dewasa. Tahanan anak ditempatkan di blok A kamar Anak Didik Pemasyarakatan (Andikpas). Meski demikian, tetap saja mereka tidak bisa menghindari pembauran bersama napi dewasa.

BACA JUGA: Agar Seragam Warna dan Ukurannya, Istana Bagikan Bendera Merah Putih ke Seluruh Daerah di Indonesia

Pada waktu tertentu mereka bisa saling berhubungan dan berkomunikasi.

"Senam pagi Jumat dan Sabtu di lapangan yang sama. Waktu shalat Jumat, masjid kan cuma satu, akhirnya berbaur. Waktu olahraga tempatnya terbatas jadinya main futsal sama-sama. Akhirnya bergabung juga," tuturnya.

Dari penuturan seorang napi anak, Dn (18), dirinya acap sekali bertemu dan mengobrol bersama seniornya. "Ngobrol biasa kak, tentang apa aja lah. Biasanya pas shalat atau habis main futsal di lapangan," tuturnya.

Santer kabar bahwa di lapas para napi baru bahkan anak dijadikan bulan-bulanan seniornya. Namun Dn mengaku tak pernah mendapat perlakuan kasar dari para seniornya.

"Paling waktu itu saya nginjak lantai masjid yang baru di pel, saya nggak tahu terus diteriakin sama mereka," kata napi anak kasus PPA ini kepada Tribun.

Halaman
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved