Sering Bergaul dengan Tahanan Dewasa, Napi Anak Bisa Jadi Lebih Jahat

1. Lapas Khusus Anak

Anak Didik Pemasyarakatan (Andikpas) dikumpulkan di teras lapas kelas IIA jalan Jendral Sudirman, Samarinda Jumat (12/8/2016). Di Lapas Kelas IIA diterapkan terapi Community yang mengupayakan narapidana tetap memiliki masa depan dan cita cita. (TRIBUN KALTIM/NEVRIANTO HARDI PRASETYO)

Satu-satunya solusi menghindari hal tersebut dengan menempatkan mereka (napi anak) di tempat khusus (Lapas Anak). Jika dikumpulkan jumlah mereka di Kaltim dan Kaltim bisa mencapai 200 anak.

Kendati demikian, angka yang relatif tinggi tersebut belum bisa menggerakan pemerintah daerah melihat fenomena tersebut, setidaknya memberikan perhatian khusus.

Akhirnya napi anak dibina bersama para tahanan dewasa yang seyogyanya tidak ideal, mengingat risiko pembauran antara mereka memberikan dampak negatif.

Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan diterangkan penempatan napi anak yang dihukum pidana dipisahkan dengan orang dewasa. "Anak Pidana ditempatkan di Lapas Anak," ucapnya.

BACA JUGA: Aksi Damai Berujung Ricuh, Anjing Laika Bantu Kapolresta dan Dandim Mengamankan Situasi

Ditambah lagi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak di mana belakangan diketahui Kementerian Hukum dan HAM yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang hukum juga wajib membangun LPKA di provinsi paling lama 5 tahun setelah berlakunya UU SPPA.

"Bicara ideal tentu harusnya Kaltim punya Lapas Anak seperti di Jawa yang sebagian besar telah memiliki, juga Kalbar dan Kalsel. Tidak terjadi pembauran antara napi anak dan dewasa," tukasnya.

Keterbatasan anggaran dari pusat, lahan untuk yang tidak ada kembali menjadi alasan mengapa hingga saat ini Lapas Anak tidak ada di Kaltim. "Kita tak punya lahan. Kecuali ada sumbangsih dari pemprov," katanya