Memalukan, Wisatawan Ketahuan Injak Terumbu Karang demi Selfie
Belum lama ini juga beredar luas wisatawan yang duduk di atas seekor penyu, bahkan ada juga yang melempar penyu ke udara
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Jumlah kunjungan wisatawan ke sejumlah objek wisata di Kabupaten Berau dirasakan mulai meningkat.
Hal ini terlihat dari tingkat isian sejumlah resort dan penginapan, yang selalu penuh dalam beberapa bulan terakhir.
Dilihat dari tujuan wisatawan, diketahui objek wisata bahari paling banyak dikunjungi.
Namun sayangnya, tidak semua wisatawan memahami cara berperilaku di objek wisata laut yang kaya dengan populasi flora dan fauna, termasuk terumbu karang.
Sejumlah perilaku wisatawan yang berinteraksi secara serampangan dengan biota laut tertentu, seperti penyu dan terumbu karang, banyak mendapat sorotan dari wisatawan lain, terutama wisatawan mancanegara.
Mereka khawatir, jika perilaku seperti ini justru dapat merusak kelesatrian ekosistem laut.
Beberapa perilaku yang kerap mendapat sorotan adalah berinteraksi secara langsung, dengan menyentuh atau mengangkat penyu, menyentuh ikan hiu paus.
Menyentuh, menduduki hingga berdiri di atas terumbu karang, hingga membuat terumbu karang menjadi rusak atau patah.
Sementara terumbu karang membutuhkan waktu puluhan tahun hanya untuk tumbu beberapa sentimeter.
Belum lama ini juga beredar luas wisatawan yang duduk di atas seekor penyu, bahkan ada juga yang melempar penyu ke udara, serta memegangi kaki penyu saat berada di tengah laut. Perilaku tersebut dianggap tak wajar dan mengganggu.
Wakil Bupati Berau, Agus Tantomo mengaku kerap mendapat laporan seperti itu.
“Saya dapat laporan, ada beberapa kapal yang membawa penyelam, tapi perilaku (menyelam)nya, pembuangan sampah sampai persoalan penambatan kapalnya tidak benar,” ungkap Agus.
Menurutnya, masih banyak perilaku wisatawan yang bisa membahayakan ekosistem.
“Entah tidak paham atau ada niat jahat, mereka berperilaku berbahaya, bisa merusak terumbu karang. Persoalannya, kita mau melarang, kita belum punya aturannya. Kita mau menegur apa dasarnya? Tidak ada pemberitahuan, tidak ada larangan, tidak ada sosialisasi,” tegasnya.
Karena itu, saat ini pihaknya tengah mengupayakan penetapan aturan berperilaku di tempat wisata.
“Aturannya lengkap, mulai dari syarat master dive, titik penyelaman, sampai jadwal penyelaman itu harus diatur. Kalau ada puluhan orang datang sekaligus di satu titik penyelaman, bisa membuat biota laut tertentu menjadi stres,” tandasnya. (*)