Pilgub Kaltim
Walikota Balikpapan Tidak Masuk dalam Pilgub Kaltim, Rektor Uniba: Kerugian Besar
Tidak ikutnya Walikota Balikpapan Rizal Effendi di Pilgub Kaltim dinilai Rektor Uniba DR Piatur Pangaribuan sebagai kerugian besar.
TRIBUNKALTIM.CO - Tidak ikutnya Walikota Balikpapan Rizal Effendi di Pilgub Kaltim dinilai oleh tokoh masyarakat Balikpapan DR Piatur Pangaribuan sebagai sebuah kerugian yang besar.
Menurut Piatur, Rizal yang dinilai berhasil memajukan Balikpapan memiliki kans besar merebut suara masyarakat Balikpapan.
"Sebagaimana kita ketahui, pemilih terbanyak ada di Balikpapan dan Samarinda. Ini kerugian besar kalau tidak ada wakil dari Balikpapan," kata Piatur. Jaang dan Rizal menurutnya adalah pasangan yang pas karena mewakili dua kota besar di Kaltim.
Baca: Golkar Resmi Usung Sofyan Hasdam-Nusyirwan, Ini Jadwal Daftar ke KPU Kaltim
Prestasi keduanya juga sangat baik, dan masyarakat pun banyak mengakui prestasi keduanya. Diantaranya bisa dilihat dari antusias masyarakat yang merespon positif kabar keduanya akan bersatu di Pilgub Kaltim.
"Sekali lagi ini kerugian besar. Tidak hanya bagi masyarakat Balikpapan dan Samarinda, tapi juga masyarakat Kaltim," ujarnya.
Rektor Universitas Balikpapan ini menganalisa, berpisahnya Jaang dan Rizal adalah karena tersandera dengan kepentingan politik. Ada kekuatan besar dari kelompok tertentu yang ingin menguasai Kaltim.
"Dari bahasa Pak Jaang menanggapi perpisahan itu kepada wartawan, sangat jelas bahwa mereka digerogoti orang-orang yang punya kepentingan politik," ujar Piatur.
Baca: Empat Pasangan Calon Siap Berebut KT 1, Ini Kandidat dan Parpol Pengusungnya
Ia juga menyayangkan sikap partai politik yang tidak bijaksana dalam mengambil keputusan terkait pesta demokrasi ini. Seharusnya, partai politik mengedepankan kadernya di daerah untuk bisa mengambil keputusan siapa yang patut didukung.
"Jangan apa-apa pengurus pusat yang mengambil keputusan. Padahal pengurus di daerah itu yang lebih tahu situasi di Kaltim. Akhirnya terjadi politik transaksional. Seharusnya yang terjadi aspirasi itu diambil dari bawah, sifatnya bottom up tapi yang terjadi justru sebaliknya," katanya.
Menurut Piatur, Pilgub Kaltim kali ini bisa jadi yang terburuk dalam sejarah pesta demokrasi di Kaltim. "Karena masyarakat dipaksa memilih yang terbaik dari yang terburuk," ujarnya.
Baca: Ingat! PNS Berpolitik Bakal Dikenai Hukuman, bisa Kena Sanksi Pidana
Untuk itulah Piatur berharap masyarakat bisa memilih dengan hati nurani, dan benar-benar karena ingin mewujudkan kesejahteraan dan kemajuan untuk Kaltim.
"Media memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan hal itu. Khususnya memberikan edukasi dan gambaran kepada masyarakat, seperti apa pemimpin yang dibutuhkan Kaltim," ujarnya. (*)