Fenomena Unik, Warga Provinsi Ini Enggan Gunakan Uang Logam untuk Transaksi, Ini Buktinya
"Kami sedang teliti. Kami cek ke lapangan, dan akan menggelar diskusi terbatas dengan pelaksana ekonomi di lapangan," kata Nyoman.
Penulis: Rafan Dwinanto |
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Rafan A Dwinanto
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Warga Provinsi Kaltim tampaknya enggan menggunakan uang logam untuk bertransaksi.
Indikatornya, yakni perbedaan jumlah outflow dan inflow uang logam yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kaltim, sangat tinggi.
Sekadar informasi, pada 2017, BI Kaltim mengeluarkan (outflow) uang logam senilai Rp 9,8 miliar. Namun, yang kembali (inflow) ke BI hanya sebesar Rp 8 juta, atau tak sampai satu persen.
I Nyoman Ariawan Atmaja, Kepala Divisi Sistem Pembayaran Pengedaran Uang Rupiah, BI Kaltim menduga, setiap warga Kaltim menyimpan uang logam di rumah.
Menurut Nyoman, fenomena tingginya perbedaan antara outflow dan inflow uang logam di Kaltim, sangat unik.
"Jadi, ada fenomena unik uang logam di Kaltim. Uang logam tidak ditransaksikan masyarakatnya. Tapi hanya disimpan di rumah," kata Nyoman.
Baca juga:
Mengharukan, Demi Ibu Bayi Kembar Empat, Warga Ramai-ramai Donorkan Darah ke PMI
Lawan Berstatus Tim Promosi, Pelatih Mitra Kukar Enggan Anggap Remeh PSMS Medan
Peringati 20 Tahun Reformasi, Mahasiswa Gelar Aksi Damai di DPRD Kaltim, Ini Tuntutannya. . .
Begini Jawaban Pelatih Baru PSG soal Kemungkinan Rekrut Gianluigi Buffon
Meski demikian, kata Nyoman, BI akan menurunkan tim khusus untuk melakukan riset mengenai fenomena uang logam yang tidak ditransaksikan ini.
"Kami sedang teliti. Kami cek ke lapangan, dan akan menggelar diskusi terbatas dengan pelaksana ekonomi di lapangan," kata Nyoman.
Dari sisi Bank Indonesia, tidak ditransaksikannya uang logam oleh masyarakat, sangat tidak efisien.
"Karena kita membuat uang logam kan biayanya juga tidak murah," ungkap Nyoman.
Nyoman berharap, warga Kaltim mau memanfaatkan uang logam sebagai alat transaksi.
"Kami berharap masyarakat uang logam ditransaksikan. Jangan hanya ditumpuk di rumah," tutur Nyoman. (*)