Merapi Bikin Tanah Bergetar Hebat, Dampak Erupsi Puluhan Penerbangan Terunda
Suara gemuruh yang ditimbulkan dari erupsi Gunung Merapi, Jumat (1/6) pagi, mengagetkan warga yang tinggal di lereng gunung
TRIBUNKALTIM.CO, SLEMAN - Suara gemuruh yang ditimbulkan dari erupsi Gunung Merapi, Jumat (1/6) pagi, mengagetkan warga yang tinggal di lereng gunung paling aktif di dunia itu. Gunung Merapi kembali mengalami erupsi pada pukul 08.20 WIB, durasi sekira dua menit.
Erupsi terakhir terjadi pada 24 Mei 2018, sekira pukul 10. 48. Warga Wonokerto, Glagaharjo, Purwobinangun, Turgo, Sleman, berhamburan keluar rumah. Begitu pula warga Srumbung, Magelang, berlarian menyelamatkan diri ketika mendengar suara gemuruh.
Getaran yang dirasakan warga cukup lama. Kaca rumah iku bergetar. Kolom letusan yang disertai material membubung tinggi.
"Gemuruh, geruduk... geruduk begitu. Kaca (rumah) itu sampai bergetar keras. Langsung keluar rumah, Gunung Merapi meletus," ujar Munasir, warga Srumbung, Magelang.
Baca: Malam Nuzulul Quran di BIC, Syeikh Mahmoud Isam Cerita Beratnya Ramadan di Palestina
Letusan freatik Merapi itu juga membuat waswas warga Tunggularum, Wonokerto, Turi, Sleman. Parji Suwarno (63), warga Dusun Tunggularum, saat letusan terjadi tengah membersihkan kebun cabainya di tegalan Nglengkong.
Tiba-tiba ia mendengar suara menggelegar, disusul getaran tanah yang diinjaknya. Parji spontan menengok ke utara, melihat debu menyembur bergulung-gukung dari puncak Merapi.
Ia lalu cepat-cepat membereskan peralatan kebun, dan turun ke kampungnya. Sejumlah petani lain di sekitar juga melakukan tindakan serupa.
Jarak kebun cabai ke rumah Parji sekitar dua kilometer. Ia turun naik motor. Sudah tidak ada permukiman lagi di sekitar kebun tersebut.
Sesampainya di jalan dusun dekat rumahnya, sudah ramai warga berjejer di tepi jalan. Mereka semua memandang ke utara, menyaksikan kolom letusan Merapi yang bergulung-gulung.
Baca: Gunung Merapi Kembali Erupsi, Proses Keluarnya Magma Cair Lebih Lambat, Hanya 17-40 Meter Per Hari
Tim patroli Polsek Turi, relawan dan petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman di Posko Turi kemudian berdatangan memantau situasi. Setelah situasi dianggap aman karena kolom letusan tertiup angin ke arah selatan dan tenggara, warga melanjutkan kegiatan seperti biasanya.
Menurut data kegempaan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), setidaknya terjadi hembusan 4 kali, vulkano tektonik (VT) 5 kali di kedalaman dominan di bawah 3 Kilometer dari puncak, guguran 11 kali, dan tektonik 1 kali.
"Pada erupsi sebelumnya tidak ada tanda-tanda sama sekali, tapi yang sekarang ada gempa VT, yang menunjukan ada aktifitas di kedalaman," jelas Kasi Merapi BPPTKG, Agus Budi Santoso.
Letusan kemarin pagi memiliki amplitudo maksimum 77 milimeter dan durasi selama 2 menit sedangkan tinggi kolom letusan 6.000 meter dan mengarah ke Barat Laut.
BANDARA Adi Soemarmo, Boyolali, ditutup sementara sebagai dampak sebaran hujan abu vulkanik Gunung Merapi, Jumat (1/6). Penutupan bandara dilakukan sejak 15.30 hingga 18.30 WIB.
"Penutupan bandara karena dampak hujan abu Gunung Merapi mulai 15.30. Penutupan tersebut berlangsung selama tiga jam hingga 18.30," jelas Humas Angkasa Pura (AP) I Bandara Internasional Adi Soemarmo, Danar Dewi, Jumat.
Baca: Sempat Sesak Nafas Saat Erupsi Freatik Gunung Merapi, Pendaki Ini Lolos dari Bahaya
Dampak penutupan bandara tersebut, sejumlah penerbangan dibatalkan. General Manager Garuda Indonesia Branch Solo, Hendrawan menambahkan pihak bandara telah mengeluarkan pemberitahuan terkait penutupan Bandara Adi Soemarmo.