Siapa Sangka, Tradisi Mudik Sudah Ada Sejak Zaman Majapahit, Begini Sejarahnya

Lebaran kerap diidentikan dengan tradisi mudik. Para perantau kembali ke kampung halaman

TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Pemudik bermotor dari jalur selatan tujuan Jabotabek dan sekitarnya melintas di Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Minggu (10/7/2016) 

TRIBUNKALTIM.CO - Lebaran kerap diidentikan dengan tradisi mudik. Para perantau kembali ke kampung halaman, melepas rindu, dan berkumpul dengan keluarga besar.

Pilihan cara untuk kembali ke kampung halaman juga semakin beragam.

Jika kembali ke masa lalu, seperti apa sejarah mudik?

Baca: Karier Pesepakbola Asal Palestina Berakhir Setelah Ditembak di Lutut Oleh Sniper Israel

 Ternyata, ada cerita menarik di dalamnya.

Dosen Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Silverio Raden Lilik Aji Sampurno mengungkapkan, mudik sudah ada sejak zaman Majapahit dan Mataram Islam.

"Awalnya, mudik tidak diketahui kapan. Tetapi ada yang menyebutkan sejak zaman Majapahit dan Mataram Islam," Silverio saat dihubungi Kompas.com, Rabu (6/52018) siang.

Dulu, wilayah kekuasaan Majapahit hingga ke Sri Lanka dan Semenanjung Malaya.

Baca: Survei Charta Politika, 40,4 Persen Pemilik PKS di Provinsi Ini Pilih Jokowi Jadi Presiden

Oleh karena itu, pihak kerajaan Majapahit menempatkan pejabatnya ke berbagai wilayah untuk menjaga daerah kekuasaannya.

Suatu ketika, pejabat itu akan balik ke pusat kerajaan untuk menghadap Raja dan mengunjungi kampung halamannya.

Hal ini kemudian dikaitkan dengan fenomena mudik.

"Selain berawal dari Majapahit, mudik juga dilakukan oleh pejabat dari Mataram Islam yang berjaga di daerah kekuasaan. Terutama mereka balik menghadap Raja pada Idul Fitri," kata dia.

Istilah mudik sendiri baru tren pada tahun 1970-an.

Baca: Mau Beli Kue Lebaran, Kakek Ini Kaget Uang yang Diambilnya dari Bank Berubah Seperti Ini

Mudik merupakan sebuah tradisi yang dilakukan oleh perantau di berbagai daerah untuk kembali ke kampung halamannya.

Mereka kembali ke kampung halamannya untuk berkumpul bersama dengan keluarga.

"Mudik menurut orang Jawa itu kan dari kata Mulih Disik yang bisa diartikan pulang dulu. Hanya sebentar untuk melihat keluarga setelah mereka menggelandang (merantau)," ujar Silverio.

Stasiun KA Pasar Senen, menjadi stasiun paling sibuk untuk memberangkatkan KA ke arah timur. Sejak Kamis (10 Maret 1994), sekitar 4.000 dari 5.000 calon penumpang sudah diberangkatkan. Suasana di dalam kereta ekonomi pun panas dan penuh sesak. Mereka yang tidak kebagian tempat duduk, terpaksa duduk di bawah beralaskan koran dan bersandar pada tas atau barang bawaan yang mereka bawa.
Stasiun KA Pasar Senen, menjadi stasiun paling sibuk untuk memberangkatkan KA ke arah timur. Sejak Kamis (10 Maret 1994), sekitar 4.000 dari 5.000 calon penumpang sudah diberangkatkan. Suasana di dalam kereta ekonomi pun panas dan penuh sesak. Mereka yang tidak kebagian tempat duduk, terpaksa duduk di bawah beralaskan koran dan bersandar pada tas atau barang bawaan yang mereka bawa. (KOMPAS.com/Moch S Hendrowijono)

Selain itu, masyarakat Betawi mengartikan mudik sebagai "kembali ke udik".

Dalam bahasa Betawi, kampung itu berarti udik.

Saat orang Jawa hendak pulang ke kampung halaman, orang Betawi menyebut "mereka akan kembali ke udik".

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved