Gempa Bumi

Gempa Lombok, Sejumlah Rumah Sakit Kewalahan Menangani Korban yang Berdatangan

Semakin banyak korban gempa berdatangan di UGD rumah sakit, petugas panik dan kewalahan menangani pasien.

AFP PHOTO/RITA SISWATI
Petugas membawa pasien keluar dari rumah sakit saat terjadi gempa Lombok bermagnitudo 7 di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Minggu (5/8/2018) 

TRIBUNKALTIM.CO, MATARAM-- Hingga Senin (6/8/2018) dini hari, jumlah korban gempa Lombok terus berdatangan ke Rumah Sakit umum Provinsi (RSUP) Nusa Tenggara Barat ( NTB).

Petugas piket unit gawat darurat (UGD) kewalahan merawat pasien luka yang terus berdatangan sejak Minggu (5/8/2018).

Seperti dikutip dari Antara, berdasarkan pantauan pada Senin dini hari, ruang UGD RSUP NTB sudah tidak mampu menampung para pasien yang terdampak Gempa Lombok. Bahkan, petugas terpaksa menempatkan pasien di area parkir.

Pasien yang dibawa oleh keluarganya sebagian besar mengalami luka di bagian kepala dan ada yang menderita patah tulang kaki atau tangan.

Mereka yang dirawat terdiri atas anak-anak, orang dewasa, lanjut usia. Sebagian besar kaum perempuan.

"Saya luka di bagian kepala karena tertimpa reruntuhan bangunan. Perut saya sakit menggendong anak saya ketika mencoba menahan tembok yang mau runtuh," kata Fitri warga desa Puyung Waker Sumpak, kabupaten Lombok Tengah.

Petugas membawa pasien keluar dari rumah sakit saat terjadi gempa bermagnitudo 7 di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Minggu (5/8/2018)
Petugas membawa pasien keluar dari rumah sakit saat terjadi gempa bermagnitudo 7 di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Minggu (5/8/2018) (AFP PHOTO/RITA SISWATI)

Baca: Lagi Santap Malam di Lantai 12, Para Menteri Berhamburan Saat Gempa Guncang Lombok

Baca: Gempa Lombok, Data BPBD NTB hingga Senin (6/8/2018) Dini Hari, Tercatat 82 Orang Tewas

Baca: Gempa Lombok, Pusat Gempa Berada di Lereng Gunung Rinjani, Ini Penjelasan BMKG

Anak perempuannya yang masih bayi bawah lima tahun (balita) menderita benjol di kepala. Tidak hanya itu, rasa trauma juga masih dirasakan.

Fitri yang sudah berpisah dengan suaminya berada di RSUP NTB tanpa ditemani sanak keluarganya. Ayah dan ibunya sudah tiada.

"Saya tidak sempat mengambil telepon genggam yang tertingal di rumah kos. Saya tidak bisa menghubungi siapa pun di kampung halaman," tutur wanita yang bekerja di kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat ini.

Seorang petugas RSUP NTB menghubungi seluruh rumah sakit di Kota Mataram dan sekitarnya agar bersiap-siap menerima pasien rujukan.

Para pasien yang dirawat di areal parkir juga terjadi RSUD Tripat Gerung Kabupaten Lombok Barat.

Warga panik ketika terjadi gempa bermagnitudo 7 di Kecamatan Ampenan, Mataram, NTB, Minggu (5/8/2018).(ANTARA FOTO/AHMAD SUBAIDI)
Warga panik ketika terjadi gempa bermagnitudo 7 di Kecamatan Ampenan, Mataram, NTB, Minggu (5/8/2018).(ANTARA FOTO/AHMAD SUBAIDI) ()

Baca: Gempa 7 SR Guncang Lombok, Warga Teriak Allahu Akbar saat Gempa Susulan

Baca: Sedang Gelar Pertemuan di NTB, Wiranto Pastikan Semua Tamu Delegasi Selamat dari Gempa 7.0 SR

Baca: Gempa Guncang Lombok, Menteri-menteri Panik Berhamburan Keluar

Pihak rumah sakit mengeluarkan pasien dari ruang perawatan karena khawatir tertimpa reruntuhan bangunan. Begitu juga dengan kondisi di Rumah Sakit Angkatan Darat (RSAD) Mataram. Para pasien dirawat di tengah jalan raya.

Ada juga yang diungsikan ke lapangan kantor Gubernur NTB yang berada tidak jauh dari rumah sakit.

Bahkan, mayat seorang santri kelas satu MTs di Kabupaten Lombok Barat, yang tewas tertimpa reruntuhan bangunan dibiarkan di dalam mobil ambulans yang terparkir di tengah jalan raya depan RSAD Mataram karena petugas medis juga panik dan ada yang pingsan.

Gempa bumi megnitudo 7 mengguncang Pulau Lombok dan Sumbawa, pada Minggu (5/8/2018) pukul 19.46 Wita. Getarannya dirasakan hingga Bali. Gempa tersebut berpotensi tsunami.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved