Breaking News

'Kain Pemersatu' Karya Kurniati Binaan PKT, Songket Makcik Tembus Pasar Global

TENUN "Kain Pemersatu" tak sekadar ikon bagi Kurniati (40), mitra binaan PT Pupuk Kaltim (PKT) yang dikenal melalui songket Makcik

Editor: Sumarsono
IST
Kurniati, Owner Songket Makcik, mitra binaan Pupuk Kaltim menunjukkan hasil karyanya di ajang Pameran Crafina 2018 di Jakarta. Kain Tenun Songket karya Kurniati menembus pasar mancanegara. 

TRIBUNKALTIM.CO - TENUN "Kain Pemersatu" tak sekadar ikon bagi Kurniati (40), mitra binaan PT Pupuk Kaltim (PKT) yang dikenal melalui songket Makcik di Pontianak, Kalimantan Barat. Kisah haru dan sedih bercampur di balik nama yang mengantarkannya meraih sukses hingga mancanegara.

BERMULA pada 1999, Kurniati dan keluarga terpaksa mengungsi dari kampung halamannya, Kabupaten Sambas ke Kota Pontianak. Ia menjadi salah satu korban kerusuhan etnis yang kala itu terjadi. Tanpa bekal yang cukup, dia bersama keluarga meninggalkan tanah kelahirannya demi alasan keamanan, hingga berlabuh di Kelurahan Batu Layang, Kecamatan Pontianak Utara.

Desa kecil itulah saksi perjuangan Kurniati bersama suami, merintis usaha tenun songket yang hingga kini dijalani dengan tekun. "Setelah mengungsi, kami tidak tahu cara dapat uang untuk menyambung hidup, karena tidak ada keterampilan. Untung pernah belajar tenun, itu yang akhirnya saya coba," kenang Kurniati, saat ditemui pada pameran Crafina 2018 di Jakarta beberapa waktu lalu.

Baca: Ekonomi Syariah Sumber Ekonomi Baru, Kaltim Berpotensi Kembangkan Wisata Halal

Awal perjuangan untuk kain tenun pertama pun tak semulus yang dibayangkan. Sisa uang Rp 60.000 di dompet jadi pertimbangan, membeli makan atau alat tenun sederhana. Walau akhirnya Kurniati memilih puasa dan berhutang benang pada tetangga, demi kain tenun yang menjadi cikal bakal usahanya.

Dari songket pertama itulah Kurniati mulai merangkak menjalani usaha tenun. Hasil yang dia dapat kembali diputar sebagai modal, untuk memenuhi beberapa permintaan yang datang. Apalagi songketnya terbilang bagus dan di atas rata-rata dari hasil kerajinan serupa.

"Saya ingat itu Desember 1999, saya hanya ada satu alat saja. Hasil tenun itu yang saya jual satu persatu dan putar terus," ucap Kurniati.

Ketekunan wanita kelahiran Sambas 12 Agustus 1978 itu perlahan menarik perhatian warga Kelurahan Batu Layang. Beberapa Ibu Rumah Tangga (IRT) yang tak memiliki pekerjaan dan keterampilan, mulai belajar menenun dengan Kurniati di rumah kecilnya. Setiap hari, makin banyak para ibu yang datang.

Pada 2005, ibu tiga anak ini membentuk kelompok tenun bersama warga sekitar dan mengajukan permodalan ke Pemerintah Daerah melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM) Mandiri. Namun karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan manajerial, usaha itu pun masih terseok dan tidak menampakkan hasil signifikan.

Baca: Jadwal Siaran Langsung La Liga Spanyol Pekan 11: Real Madrid vs Valladolid Live di SCTV

Dua periode Kurniati menumpang pinjaman modal dari mitra binaan Pupuk Kaltim. Masing-masing Rp 1 juta dan Rp 5 juta. Dia membantu pelunasan pinjaman yang diajukan selama periode tersebut, hingga bisa memiliki sebidang tanah untuk dijadikan jaminan.

"Setelah ada jaminan baru saya ajukan modal juga ke Departemen CSR. Alhamdulillah seminggu saja prosesnya, saya dapat pinjaman Rp 35 Juta pada 2013," lanjut Kurniati.

Pada tahun itu, Kurniati tercatat sebagai salah satu mitra binaan Pupuk Kaltim di Kalimantan Barat. Sejak itu pula, usaha tenunnya semakin menanjak berkat pembinaan berkesinambungan Pupuk Kaltim.

Pembinaan paling berkesan dia terima berupa ragam pelatihan yang dibutuhkan dalam pengembangan usaha, diantaranya pelatihan pembukuan, motivasi usaha, packaging, hingga pemasaran online dan promosi di berbagai ekspo.

"Sangat beda pembinaan dari Pupuk Kaltim, saya merasakan itu. Kita tidak hanya dikasih modal, tapi juga pelatihan dan promosi. Itu memang kita butuhkan," tandasnya.

Perlahan namun pasti, hasil tenun Kurniati mulai dikenal khalayak berkat promosi yang difasilitasi Pupuk Kaltim. Pengelolaan usaha juga berjalan baik, dari bekal pelatihan yang dia terima. Tak jarang tim CSR Pupuk Kaltim pun datang dan memantau perkembangan usahanya. Selesai periode pertama, permintaan songket Makcik rintisan Kurniati makin meningkat.

Baca: Gara-gara tak Mau Diputus, Saddil Ramdani Mencakar Mantan Pacar Hingga Berdarah

Kawasan pemasaran songket tenun Kurniati tak hanya merambah pasar lokal dan nasional, namun juga dilirik konsumen dari berbagai negara, di antaranya Malaysia, Jerman, Turki, Mesir dan India, yang kerap datang ke kampung tenun dengan pesanan yang terbilang tinggi. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved