Masyarakat Berau Diimbau Tidak Membakar Lahan dan Hutan saat Berladang

Masyarakat Berau Diimbau Tidak Membakar Lahan dan Hutan saat Berladang

Tribun Kaltim/Geafry Necolsen
Memasuki musim kemarau, hingga bulan 10 Agustus 2018 ini saja, sudah ada tiga kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Berau 

Masyarakat Berau Diimbau Tidak Membakar Lahan dan Hutan saat Berladang

TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Meski belum memasuki musim kemarau, namun Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) Berau memastikan, tahun 2019 ini, curah hujan di Kabupaten Berau dipastikan menurun dari biasanya. Karenanya, ancaman kekeringan dan peningkatan suhu menjadi ancaman serius bagi masyarakat di Berau.

“Tahun ini curah hujan di Berau di bawah normal, sehingga terjadi kekeringan dan peningkatan suhu udara yang fluktuatif, tapi cenderung memanas,” kata Kepala BMKG Berau, Tekad Sumardi kepada Tribun Kaltim, Senin (25/2/2019).

Sumardi mengatakan, penurunan curah hujan ini mulai terlihat di pertengahan bulan Februari 2019 ini. “Memang belum masuk musim kemarau, tapi curah hujan menurun. Bahkan sudah dua minggu tidak ada hujan,” imbuhnya.

BNK Berau Minta Kewenangan Khusus pada BNN untuk Selesaikan Setengah dari Kasus Narkoba di Kaltim

Kapolres Berau Sarankan KPU untuk Membungkus Logistik Pemilu dengan Bahan Kedap Air

Turunnya curah hujan ini, kata Sumardi, menyebabkan naiknya suhu udara dan menurunnya tingkat kelembaban sehingga memicu terjadinya kekeringan, yang ditandai dengan kemunculan titik panas (hotspot) di sejumlah kecamatan.

Dalam beberapa hari terakhir, kata Sumardi, titik panas ini mulai bermunculan. “Jumlahnya tidak banyak, dan tingkat kepercayaan masih di bawah 50 persen. Tapi tetap harus diwaspadai, untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan atau lahan,” jelasnya.

Seperti diketahui, sensor panas yang diterima satelit BMKG, tidak selalu tepat. Beberapa titik panas dengan tingkat kepercayaan di atas 90 persen bisa disebabkan oleh pantulan suhu udara dari atap rumah-rumah warga, atau bengkel las yang biasa menghasilkan citra suhu udara tinggi.

Pada hari Senin (25/2/2019) terpantau dua titik panas di Kecamatan Sambaliung dengan tingkat kepercayaan 36 sampai 53 persen. Kemunculan titik-tik panas ini, kata Sumardi, harus diwaspadai saat memasuki musim kemarau yang diperkirakan akan terjadi pada bulan Juli 2019 nanti.

Pemkab Berau Siap Membangun Stadion Olimpiade untuk Persiapan Porprov 2022

Wow Masyarakat Maratua Berau Habiskan Jutaan Rupiah untuk Mengurus SIM

“Kami mengimbau masyarakat, khususnya para petani atau peladang berpindah agar berhati-hati saat membuka lahan, terutama pembukaan lahan dengan cara dibakar. Karena selain curah hujan yang menurun dan tingkat kelembaban yang menurun, kecepatan angin juga mencapai 5 hingga 10 knot,” paparnya.

Kombinasi kekeringan dengan kecepatan angin hingga 10 knot ini, kata Sumardi bisa membuat api menyebar dengan cepat. Agar tidak terjadi bencana kabut asap seperti yang terjadi pada tahun 2015 lalu, BMKG selalu menyampaikan analisa citra satelit kepada Satgas Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla), untuk menindaklanjuti citra satelit dan melakukan pengecekan maupun upaya penurunan suhu udara dan memadamkan api jika terjadi kebakaran hutan dan lahan. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved