Banjir di Samarinda

BPBD Samarinda Ingatkan Kemungkinan Banjir Susulan, BMKG Beber 3 Juni Masuk Musim Kemarau

Mengingat berdasarkan prediksi Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ) Kota Samarinda, puncak curah hujan tinggi akan terjadi

Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/MUHAMMAD RIDUAN
Bersih-bersih saluran air warga Samarinda Provinsi Kalimantan Timur setelah diterjang banjir, saluran air kotor dipenuhi sampah, Sabtu (30/5/2020) siang. 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA -  Mengingat berdasarkan prediksi Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ) Kota Samarinda, puncak curah hujan tinggi akan terjadi pada akhir Mei ini.

Musim hujan masih ada sisa di bulan Mei karena itu warga masyarakat yang tinggal di Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur diharapkan waspada kemungkinan terjadinya banjir susulan. 

Demikian disampaikan oleh Sekretaris BPBD Kota Samarinda kepada TribunKaltim.co pada Sabtu (30/5/2020). 

"Jadi tanggal 3 Juni 2020 nanti itu sudah memasuki musim kemarau. Masih ada kemungkinan terjadinya banjir susulan, sehingga warga harus waspada," pungkasnya.

Baca Juga: Permintaan Swab Mandiri Meningkat, RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tambah Satu Alat Uji

Baca Juga: Psikolog Balikpapan Sarwendah Indrarani Belum Anjurkan Belajar Tatap Muka Bagi Siswa TK SD dan SMP

Permasalahan banjir sudah sangat akrab bagi publik Kota Tepian. Setiap kali hujan deras melanda, maka warga yang rumahnya masuk dalam kawasan rawan banjir harus selalu bersiap siaga.

Bahkan dalam kurun waktu dua kali pelaksanaan lebaran, sebagian wilayah Samarinda selalu terendam air dengan ketinggian bervariasi. Tentu ini menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi Pemkot Samarinda, untuk menyelesaikan permasalahan banjir.

Berdasarkan kajian dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda, musibah banjir yang merendam sebagian wilayah Kota Tepian ini karena curah hujan yang cukup tinggi dan bersamaan dengan pasangnya Sungai Mahakam.

Sekretaris BPBD Kota Samarinda, Hendra AH menuturkan, selain dua permasalahan tersebut, terjadi pendangkalan dan penyempitan di Waduk Benanga Lempake dan Sungai Karang Mumus.

"Untuk Waduk Benanga dulunya memiliki luasan 380 hektare, sekarang hanya 20 hektare saja. Lalu sebagian wilayah tersebut ditumbuhi gulma dan sedimentasi, jadi daya tampungnya berkurang," ucap Hendra.

Tidak hanya itu, dari pengamatan BPBD melalui udara, ada sebagian wilayah Waduk Benanga yang dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk beraktifitas dan adanya aktifitas tambang di wilayah hulu, sehingga menyebabkan pendangkalan akibat masuknya material tanah ke Waduk Benanga.

"Waduk Benanga ini kan menampung aliran air dari Muara Badak, Pampang dan sekitarnya," jelasnya.

Hendra menerangkan, Waduk Benanga memang perlu dilakukan pengerukan karena dirasa sudah tidak mampu menampung debit air. Jika sudah dilakukan, maka walaupun curah hujan sampai 400 mm dalam sehari, Waduk Benanga masih dapat menampungnya.

Baca Juga: Harga Bawang Merah Balikpapan Hari Ini, Melonjak Rp 70 Ribu Per Kilogram

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved