Longsor Banjarnegara
Semua Keluarga Saya Meninggal: Ayah, Ibu, Adik, Istri dan Anak
Yono kehilangan lima orang anggota keluarganya sekaligus. Ayah, ibu, adik, istri dan anaknya direnggut longsor.
TRIBUNKALTIM.CO, BANJARNEGARA - Malang betul nasib Yono (32). Warga Dusun Jemblung, Desa Sampang Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, itu tidak menyangka kehilangan orang-orang tercintanya. Tidak tanggung-tanggung penderitaan dia, lima orang sekaligus anggota keluarganya meninggal direnggut longsor; ayah, ibu, adik, istri dan anaknya.
"Saya sangat sedih dan terpukul mendengar kabar ini. Ayah, ibu, adik, istri dan anak saya sekarang sudah meninggal. Semua keluarga saya meninggal," ujar Yono lirih kepada Tribun Jateng, Tribun Network di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dusun Jemblung, Minggu (14/12).
Yono, Antoro adiknya, patut dukacita mendalam. Mereka kehilangan kedua orang tua; Karsiyah (49), ibunya dan Karyoto sang ayah. Mereka juga ditinggal mati Hikmah (9), adik bungsu. Yono bahkan lebih terpukul karena kehilangan Sukiyah (22) dan Andini (8), adalah istri dan anaknya.
Jasad Karyoto ditemukan Minggu (14/12/2014) sekitar 300 meter dari lokasi rumahnya. Sedangkan empat orang lainnya anggota keluarga, belum berhasil ditemukan hingga keamrin.
Yono mengaku, tidak menyangka bencana tanah longsor yang terjadi di desanya menjadi musibah pencabut nyawa lima orang yang ia kasihi. Dari kelima orang itu, baru jasad ayahnya yang berhasil dievakuasi, sedangkan empat lainnya diduga masih tertimbun material longsoran tanah. Mereka belum ditemukan. (Baca: Ajaib, Wanita Hamil 9 Bulan Berhasil Lolos dari Maut Longsor Dahsyat )
Yono bercerita, saat longsor dari tebing Bukit Tlogolele menerjang Dusun Jemblung, Jumat petang, dia tidak berada di rumah. Ia sedang bekerja di Jakarta.
"Pas kejadian saya tidak tahu, soalnya saya masih kerja di Jakarta. Baru setelah mendengar kabar ini, saya pulang ke sini. Yang tahu persis bagaimana kejadianya adik saya (Antoro, Red) yang saat kejadian berada di sini," ujar Yono, anak pertama dari pasangan Karyoto dan Karsiyah. Sementara Antoro anak kedua. Kemudian anak ketiga atau si bungsu, Hikmah.
"Mau bagaimana lagi? Ini adalah musibah, dan saya sudah pasrah dan menerima. Semua sudah kehendak-Nya (Tuhan, Red)," ujar Yono. (Baca: Heroik, Pria Berkaki Satu Ini Selamat Tapi Kaki Palsunya Terkubur Tanah h)
Antoro yang selamat dari bencana ini mengatakan, saat peristiwa, dia tengah memancing di sungai tak jauh dari tempat tinggalnya. "Saat itu saya sedang mancing. Tiba-tiba terdengar gemuruh keras," katanya.
Bersamaan dengan gemuruh itu, kata dia, tanah longsor pun terjadi menimbun rumahnya. "Melihat tanah longsor saya pun berlari menghindar terlebih dahulu dan berteriak meminta tolong," jelasnya sembari menitikan air mata. (Baca: Alhamdulillah, Senang Basuh Muka dengan Air Sisa Pak Jokowi (BERITA FOTO)
Kemarin, Sejumlah korban meninggal dunia tanah longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara. Sebanyak sembilan warga sudah dimakamkan secara massal pukul 17.00 WIB. Satu liang lahat digunakan untuk tiga jenazah, meskipun tidak berasal dari satu keluarga. Mereka yang dimakamkan yakni Karyoto, Turipah, Sunari, Klimah, Chamin, Bahrun, Tursino, Mr X, dan Mrs X.
Rojakin (53) warga Dusun Jemblung, mengatakan pemakaman ini merupakan kesadaran bersama warga Desa Sampang. Warga prihatin atas kondisi jenazah korban yang mulai membusuk karena sudah tertimbun sejak Jumat (12/12/2014) lalu.
"Warga desa sini tidak tega, apabila jenazah tidak segera dimakamkan setelah ditemukan. Makanya, sebagian jenazah yang ditemukan Minggu langsung dimakamkan di sini," ujar dia. Namun demikian, warga tidak memaksa anggota keluarga korban apabila jenazah ingin dimakamkan pihak keluarga.
"Kami persilakan apabila keluarga korban ingin memakamkan sendiri. Warga di sini hanya membantu, toh juga sudah izin dengan relawan," kata Rojakin.
Posko Badan SAR Nasional (Basarnas), Kantor SAR Semarang melaporkan, korban tewas yang berhasil ditemukan hingga Minggu berjumlah 39 orang. Tim rescue Basarnas dan Tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi 21 korban meninggal, Minggu. Sehari sebelumnya, 18 korban tewas ditemukan.
Kepala Kantor SAR Semarang selaku SAR Mission Coordinator (SMC) Agus Haryono mengatakan, Tim SAR gabungan yang dibagi menjadi 4 SAR Rescue Unit (SRU/regu) berhasil mengevakuasi 21 korban. (tribun jateng/nug/ape)