Kolom Rehat
Kembali untuk Cinta yang Tertinggal
Dasar memang orang kreatif, Fariz pun kemudian mendatangi setiap toko-toko musik sekadar untuk menyentuh-nyentuhkan jari pada tuts keyboards.
Di buku itu Fariz menuliskan partitur not balok lengkap dengan aransemennya hanya dengan membayang-bayangkan memainkan alat musik.
Ya, hanya dengan membayang-bayangkan. Jenius, layaknya Beethoven sudah dalam keadaan tuli total saat menciptakan beberapa komposisi orkestra.
Akhirnya, setelah selama tiga hari mencipta tanpa alat musik, Fariz berhasil menuntaskan lagu Barcelona versi orisinal seperti yang terdapat dalam album "Living in the Western Word".
Dengan lagu Barcelona ini, Fariz juga berhasil menggugurkan teori tak resmi pelaku musik saat itu bahwa lagu yang pasti paling hits atau sukses adalah lagu yang berada di uruta pertama Side A. Karena, Barcelona berada di urutan kedua Side A, di bawah lagu Iman dan Godaan.
Begitulah kebanggaan Fariz terhadap Barcelona, sama dengan kebanggaan saya dengan Fariz. Karena itu, saya sempat merasa jengkel dan kecewa mengetahui Fariz kembali tersangkut narkoba. Tapi saya yakin, setelah menjalani masa hukuman delapan bulan yang dijatuhkan hakim pada awal bulan lalu, Fariz akan kembali untuk cinta yang tertinggal, kali ini bukan di jantung Barcelona, tapi di industri musik Indonesia. (*)