Kolom Rehat
Hilang tapi Terus Mengada
Wiji Thukul adalah penyair kehidupan. Kehidupan yang kere dan terindas. Ia menyuarakan kemiskinan dan penderitaan.
Sejak SD, Wiji Thukul kecil menyadari keadaan keluarganya dan kemiskinan yang melingkupinya.
Ia juga kemudian menyadari bahwa kemiskinan yang disertai dengan ketertindasan itu muncul karena sistem kapitalisme yang tidak adil dan kekuasaan otoriter Orde Baru.
Dari situ ia menulis puisi-puisi yang isinya tentang kenyataan pahit yang ia lihat maupun alaminya sendiri akibat kekuasaan. Seiring waktu ia mulai berani menyuarakan gugatan-gugatan perubahan terhadap Orde Baru.
Wiji Thukul 'mengamenkan' puisi-puisi tersebut dari kampung ke kampung, di rumah-rumah, kampus, warung hingga restoran. Ia bahkan sempat dianggap gila karena aktivitasnya itu.
Pada 1986 ia menulis puisi berjudul "Peringatan" yang saya kutipkan sebagain pada awal tulisan ini. Puisi ini menjadi puisi perlawanan yang paling banyak dikutip.
Kalimat terakhir puisi ini, Maka hanya ada satu kata: lawan!, telah menjadi mantra yang membangkitkan semangat perlawanan, memicu revolusi mental yang sebenarnya.
Kalimat itu digunakan oleh hampir semua gerakan perlawanan. Kalimat itu bahkan lebih terkenal daripada Wiji Thukul sendiri.
Dan kita semua tahu, karena semangat perlawanan yang terus disuarakannya, Wiji Thukul diculik dan pada tahun 2000 secara resmi dinyatakan sebagai salah satu korban praktik penghilangan orang (involuntary disappearances) rezim Orde Baru, meski menurut kawan- kawannya ia telah mulai menghilang pada Juli 1996 dan mulai disadari pasca kerusuhan Mei 1998.
Wiji Thukul hingga kini masih hilang tapi ia terus mengada. Tahun lalu, majalah Tempo menerbitkan edisi khusus Wiji Thukul. Pada 26 Agustus lalu, memperingati tanggal kelahirannya, CNN Indonesia menjadikan Wiji Thukul sebagai laporan utama pada rubrik Fokus. Dan tiga hari lalu, sebuah cafe kecil di Balikpapan pun turut menghidupkan kembali Wiji Thukul.
Begitulah. Dengan puisi-puisi dan kehidupan yang dijalaninya, Wiji Thukul mengingatkan kepada kita bahwa hidup tidak semata tentang memenuhi kebutuhan tapi juga tentang memperjuangkan sesuatu yang kita yakini. (*)
***
UPDATE berita eksklusif, terbaru, unik dan menarik dari Kalimantan. Cukup likes fan page fb TribunKaltim.co atau follow twitter @tribunkaltim