Kolom Rehat
Wake Me Up When September Ends
Sejak itu Wake Me Up When September Ends diasosiasikan dengan kesedihan pasca Badai Katrina dan dengan jiwa-jiwa mereka yang kehilangan sanak-saudara
Oleh: ARIF ER RACHMAN
SEPTEMBER biasanya mengingatkan saya pada lagu-lagu lawas. Ada September Ceria (Vina Panduwinata), September Pagi (Ruth Sahanaya-Harvey Malaiholo), dan tentu saja yang paling terkenal, September, lagu disko R&B milik Earth, Wind, and Fire yang sempat jadi 'lagu wajib' pesta perkawinan di AS pada awal 1980-an.
Sekitar sebelas tahun lalu muncul lagu tentang nama bulan kesembilan kalender Masehi itu yang melampaui tiga lagu yang saya sebutkan sebelumnya, dalam hal memberikan pengaruh pada banyak orang sekaligus diasosiakan pada banyak hal.
Lagu itu adalah Wake Me Up When September Ends milik kelompok musik rock asal AS, Green Day, yang terdapat pada album mereka, American Idiot (2004).
Wake Me Up When September Ends sebenarnya merupakan lagu paling 'tidak nyambung' dengan materi-materi lagu lainnya di album American Idiot, tapi merupakan lagu yang paling banyak memberi kontribusi larisnya album tersebut selain lagu Boulevard of Broken Dreams.
Lagu ini menjadi sangat simbolik dan meluas ketika seorang blogger media online menjadikannya sebagai lagu pengiring untuk liputan video tentang dampak Badai Katrina yang menyerang AS pada 31 Agustus 2005.
Sejak itu Wake Me Up When September Ends diasosiasikan dengan kesedihan pasca Badai Katrina dan dengan jiwa-jiwa mereka yang kehilangan sanak-saudara dalam bencana.
Green Day pun tampil menyanyikan lagu ini beberapa hari pasca bencana di ajang ReAct Now: Music & Relief, sebuah konser amal untuk korban Katrina.
Lagu ini juga kemudian diasosiasikan dengan September kelam lain yang terjadi sebelumnya: serangan teroris 11 September 2001 yang mengancurkan manara kembar WTC di New York.
Lagu ini berhasil menyatukan mood para keluarga ribuan korban tindakan biadab tersebut saat mereka memperingati hari itu.
Sedangkan video resmi lagu ini -- yang menampilkan pasangan bintang remaja Hollywood Jamie Bell dan Evan Rachel Wood yang harus kecewa dan berpisah akibat perang -- berhasil meningkatkan awareness pada dampak buruk perang.
Lagu ini sangat mengena pada militer AS karena September merupakan bulan pergantian tugas, saat para tentara AS yang berperang di Irak dan negara-negara lain pulang, tidak saja dalam keadaan sehat, tapi sering dalam keadaan cacat dan bahkan dalam kantung jenazah.
Meski begitu, ada pula yang menilai video lagu ini justru tidak menghargai patriotisme perang karena menggunakannya hanya untuk kepentingan hiburan dan komersial.
Begitulah. Memang sah-sah saja bila kemudian Wake Me Up When September Ends dikaitkan dengan kesedihan dan kehilangan orang-orang tercinta. Bulan September pun yang di AS tadinya dikenal sebagai bulan konstitusi (terbentuknya pemerintaha AS pada September 1787) , kini lebih dianggap sebagai bulan kesedihan.
Billy Joe Armstrong, vokalis-gitaris sekaligus pentolan Green Day, memang menciptakan lagu ini berdasarkan ingatan pada kepedihan mendalam yang dialaminya ketika kehilangan ayahnya yang meninggal pada 1 September 1982 akibat kanker.