Kolom Rehat
Wake Me Up When September Ends
Sejak itu Wake Me Up When September Ends diasosiasikan dengan kesedihan pasca Badai Katrina dan dengan jiwa-jiwa mereka yang kehilangan sanak-saudara
Saat itu Billy baru berumur 10 tahun. Usai menghadiri pemakaman, Billy pulang dengan hati yang hancur. Seolah tak ingin melihat dunia lagi tanpa sang ayah, Billy mengurung diri di kamar.
Saat ibunya mengetuk pintu kamar untuk menanyakan keadaannya, Billy berteriak: "Nanti saja, bangunkan aku saat September telah berakhir."
Dari situlah kemudian tercipta lagu Wake Me Up When September Ends. Sebuah lagu yang sebenarnya tentang kesedihan sangat personal namun kemudian diinterpretasi dengan kesedihan- kesedihan lain.
Wake Me Up When September Ends mengukuhkan September di AS sebagai bulan kepedihan.
Sedangkan bagi kita di Indonesia, bulan September -- khususnya September tahun ini -- adalah bulan prihatin.
Ekonomi melemah, dollar AS masih di atas angka Rp 14.000, PHK sudah dilakukan di sejumlah perusahaan tapi anehnya tenaga kerja asing justru didatangkan, dan berbagai persoalan lain yang mendahului dan mengikutinya.
Sumpek. Atau sebaiknya kita semua tidur saja dulu sampai September berakhir? Siapa tahu saat bangun nanti dollar kembali berada di bawah Rp 10.000. (*)
***
UPDATE berita eksklusif, terbaru, unik dan menarik dari Kalimantan. Cukup likes fan page fb TribunKaltim.co atau follow twitter @tribunkaltim