Citizen Journalism
Fenomena Media Sosial dan Kekerasan Verbal
SAAT ini, tidak dapat dipungkuri bahwa media sosial sudah menjadi suatu "kebutuhan" bagi masyarakat kita.
Di Indonesia sendiri pemahaman tentang kekerasan verbal (cyber bulliying) di media sosial masih sangat minim. Menurut survei global yang diadakan Latitude News pada 40 negara, didapati hal yang mengejutkan bahwa Indonesia masuk dalam daftar 2 besar negara dengan kasus bullying terbesar dan cenderung dilakukan di media sosial.
Cara terbaik untuk mengatasi atau mengurangi kekerasan verbal di media sosial (cyber bulliying) adalah dengan upaya pencegahan sejak dini. Memang, media sosial memberikan keleluasaan bagi kita untuk mengajukan pendapat, namun bukan berarti kita bisa seenaknya dalam mem-bully pihak lain. Ada rambu-rambu yang harus dipahami agar kita tidak menjadi bullier atau menjadi korban bullying:
BACA JUGA: Berkat GPS, Polisi Berhasil Tangkap Komplotan Pencuri Truk
-Hindari menulis status provokatif yang memancing orang menyerang Anda.
-Jangan menanggapi jika ada orang lain menuliskan kata-kata yang tidak sopan terhadap Anda di Facebook/Twitter.
-Jangan menyerang kembali orang yang melakukan bullying pada diri Anda karena ini hanya akan memperpanjang masalah.
-Jika ada orang yang terus-terusan mengancam Anda di media sosial, gunakan fitur block sehingga Anda tak perlu membaca lagi ancaman dan komentar mereka di social media.
-Satu-satunya kabar baik soal digital bullying adalah kata-kata kasar/ancaman yang mereka tuliskan di media sosial dapat Anda simpan sebagai bukti atas tindakan yang mereka lakukan.
-Jika Anda tidak menyukai seseorang atau tidak setuju dengan apa yang ia tulis di media sosial, tak perlu berkomentar kasar. Bila Anda terpaksa harus menanggapinya, gunakan kata-kata yang sopan dan beradab.
-Ketika kita tidak menyukai status seseorang atau tingkah laku seorang artis bukan berarti kita bisa mencela seenaknya.
-Belajarlah berempati sebelum menulis status
-Bila Anda membaca ada status seseorang yang provokatif, tak usah ikut berkomentar atau menyebarkannya. Jika Anda melakukannya, tanpa disadari Anda juga termasuk golongan bullier.
Media sosial dapat diibaratkan seperti dua sisi mata uang, di mana terdapat sisi positif dan negatifnya. Mau seperti apa hal tersebut menjadi pilihan kita masing-masing dan sudah seharusnya kita bisa menggunakannya secara bijak dan cerdas. (*)