Kolom Rehat
Korrie Dalam Nada Minor
Korrie bercerita bahwa ia ingin mengangkat penulis-penulis sastra Kaltim ke permukaan dengan menyusun dan menerbitkkan buku-buku berisi karya mereka.
Dan singkatnya, dengan keuletan dan ketekunannya yang tak tertandingi serta bantuan berbagai pihak, meluncurlah tak kurang dari 10 buku antologi karya penulis-penulis Kaltim. Dalam kata pengantar buku Balikpapan Dalam Sastra Indonesia, Korrie menceritakan kembali soal pertemuan dengan "sastrawan-sastrawan Kaltim" di cafe ruko Bandar itu dan menyebut-nyebut nama saya, yang tentu saja membuat saya besar kepala.
Cerpen dan puisi-puisi saya hanya termuat dalam 3 buku, itu pun karya-karya yang sama. Bang Zul -- begitu sapan saya pada Zulhamdani AS -- beberapa kali mengirim SMS agar saya menyertakan karya-karya dalam buku-buku Korrie berikutnya, tapi tidak saya lakukan.
Saya agak kecewa karena merasa buku-buku yang terbit sebelumnya tidak melalui seleksi ketat kualitas karya, tapi sekadar memuat karya-karya.
Karya sastrawan senior yang kualitasnya telah diakui disandingkan dengan karya anak kemarin sore yang masih SMA dan baru belajar menulis.
Rupanya saya mungkin masih terpengaruh pada 'nada minor' dari dosen saya puluhan tahun silam itu. Maafkan saya, Pak Korrie. Dan ternyata saya memang keliru dan tidak bisa melihat niat utama Korrie yang ingin mengangkat penulis-penulis Kaltim ke permukaan. Soal kualitas akan berkembang seiring waktu.
Dengan karyanya diterbitkan, seorang penulis pemula akan terpacu untuk terus berkarya. Saya tahu buku-buku tersebut kini sudah tersebar ke seluruh Indonesia, termasuk ke perpustakaan daerah Kabupaten Gunung Kidul, DIY.
Saya juga kemudian mengetahui bahwa Korrie sebenarnya telah menyusun buku kumpulan karya khusus "sastrawan-sastrawan utama Kaltim" yang sedianya diluncurkan bulan depan jika saja penerbit dan percetakan tidak melarikan dana yang telah disetor Korrie.
Untuk itu, Korrie telah mengusulkan agar para penulis bersedia patungan untuk membiayai ongkos cetak agar buku tersebut benar-benar bisa diluncurkan Desember nanti.
Tapi rupanya Tuhan punya rencana lain. Korrie menghembuskan nafas terakhir pada Kamis (19/11) lalu di Rumah Sakit Islam Jakarta dalam usia 62 tahun. Selamat jalan, Pak Korrie. Maafkan saya soal 'nada minor' tersebut. Semoga 350 lebih buku yang kau tulis bisa menjadi kendaraanmu menuju Perpustakaan Agung di surga. (*)
***
Follow @tribunkaltim Tonton Video Youtube TribunKaltim