Kantong Plastik Berbayar

Rizky Bawa Kantong Tas sendiri

Bawa sendiri sih biasanya, lagian juga kan plastik susah diurai, jadi tidak keberatan kalau mesti membayar kantong plastik.

Penulis: Cornel Dimas Satrio Kusbiananto |
kabupatenbogor.metropolitan.id
Ilustrasi sampah kantong plastik 

Rizky sepakat dengan penerapan plastik berbayar, lantaran plastik dianggap tidak ramah lingkungan. Menurutnya dengan membawa kantong tas sendiri, Rizky ikut berperan menjaga kelestarian lingkungan.

"Bawa sendiri sih biasanya, lagian juga kan plastik susah diurai, jadi tidak keberatan kalau mesti membayar kantong plastik. Nominalnya kalau gak salah sekitar Rp 1.500, buat saya gak masalah tapi kalau untuk orang lain mungkin ada juga yang keberatan," ujar Rizky.

Salah satu pelanggan lainnya, Erna juga setuju tentang program tersebut.

Namun ia agak keberatan mengenai penggunaan plastik untuk sampah. Pasalnya, saat ini ia terbiasa menggunakan lebih dari satu kantong plastik untuk tempat sampah.

Terdapat beberapa plastik yang digunakan untuk tempat menaruh sampah sesuai jenis sampah, yang kemudian digabungkannya ke dalam satu kantong plastik sampah.

"Saya terbiasa di kamar, halaman, dan dapur ada kantong plastik sendiri untuk tempat sampah. Kalau mau dibuang, disatukan dulu dengan plastik besar.

Kalau tujuan plastik berbayar ini untuk mengurangi penggunaan kantong plastik, ya kayak apa lagi kita mau mengumpulkan sampah. Jadinya tidak praktis dong, harus dipisah-pisah dulu," ucap Erna.

Kepala UPT TPA Manggar, Andi Irwan sangat mendukung penerapan kantong plastik berbayar. Ia meyakini program tersebut akan mampu mengurangi sampah plastik yang masuk ke TPA.

Namun, hingga saat ini pihaknya belum mampu mengolah kantong plastik menjadi bahan daur ulang. Akibatnya sampah kantong plastik sampai saat ini tertumpuk di tiap zona landfill hingga menyerupai bukit.

"Sangat mendukung kegiatan ini, saya yakin plastik akan berkurang di TPA. Ini bisa berjalan baik.

Plastik kresek di TPA belum dimaksimalkan, tapi saya berencana untuk mengolahnya jadi bio-diesel.

Yang diharapkan TPA kan sampah organik untuk dijadikan pupuk. Saya pengen ngajak karyawan studi banding , cuma pendanaan masih efisiensi," jelasnya.

Ia berharap masyarakat membawa kantong sendiri yang ramah lingkungan. Pusat perbelanjaan juga diimbau untuk tidak menggunakan bahan plastik, melainkan kertas. Sebab ia menilai kertas lebih mudah terurai, yaitu sekitar 1-2 minggu. (*)

Netizen yang baik hati, kunjungi juga facebook kami tribunkaltim.co dan Klik Saja Follow @tribunkaltim serta Tonton Video YoutubeTribunKaltim

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved