Aksi Nekat Sembilan Kartini dari Kendeng Mengecor Kaki di Depan Istana
Para ibu ini bukanlah korban tabrak lari. Mereka adalah petani yang hidup di sekitar Gunung Kendeng, Jawa Tengah.
"Tidak ada sosialisasi apapun. Kami sangat marah kepada pemerintah daerah," kata Ngatemi.
Ngatemi mempertanyakan keluarnya Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL). Menurutnya, bila pemerintah peduli lingkungan, pemberian izin amdal tidak terjadi.
Deni menyebutkan, saat bertani ia sudah tidak bisa lagi bergantung pada musim. Banyak mata air yang kering.
"Kalau alam sudah rusak, bagaimana anak cucu kita nanti," kata Deni.
Selasa (12/4/2016) pagi, sebelum para "Kartini" berangkat ke Istana Negara, Alexandra Herlina (45) sudah memberikan arahan terkait aksi mengecor kaki.
Baca: Massa Demo PLN, Dua Ruas Jalan Ditutup
Lina, sapaan Alexandra paham bahaya yang akan diterima "Kartini". Dia lah yang mengawasi kondisi kesehatan para petani perempuan yang punya tekad bulat itu.
"Semen tidak boleh kontak langsung dengan kulit. Tidak boleh hirup asap yang keluar saat mengaduk semen," ucap dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga itu.
Herlina mengatakan, hanya aksi beberapa jam saja ketakutan yang ditimbulkan sudah luar biasa.
"Apalagi kalau pabrik semen sudah berdiri di lingkungan padat penduduk, bisa dibayangkan efek sampingnya," tambah Lina.
Menurut Joko, masih ada satu doker yang membantu para "Kartini".
"Ia tidak bisa ikut ke Jakarta karena bekerja sebagai Kepala Puskesmas di Rembang," ucap Joko. (*)