Berita Eksklusif
Tiga Tahun Tidak Dapat Bantuan, Kaum Difabel Kembali ke Jalanan
Turun ke jalan sebagai pengemis menjadi jalan keluar menghadapi situasi.
Penulis: tribunkaltim |
“Namun sayangnya terkendala dalam sistem pelaporannya,” kata Ida.
Ida mengimbau seluruh lembaga–lembaga sosial yang mendapatkan hibah dan bantuan sosial untuk lebih konsentrasi terhadap sistem pelaporan sehingga tidak menjadi kendala dalam penerimaan hibah dan bantuan social di tahun berikutnya.
Selain di Balikpapan, pengelola panti sosial di Kota Samarinda pun mengalami nasib serupa. Di Kota Tepian ada sekitar 22 panti asuhan.
Namun sejauh ini, hanya panti jompo di Jalan Mayjen Sutoyo dengan sekitar 125 orang lansia (lanjut usia), yang disebut lembaga aktif oleh pemerintah.
“Untuk panti asuhan terdaftar ada 31 panti, tapi hanya 22 panti yang aktif, jumlah orangnya variasi, yang jelas istilahnya tidak sama disetiap panti. Tergantung kemampuan pembiayaan panti,” ujar Staf Dinas Kesejahteraan Sosial (Disnakersos) Saryata.
Menurut dia, defisitnya anggaran di Pemkot Samarinda, membuat Dinas Kesejahteraan Sosial (Disnakersos) tidak kebagian dan, dan berimbas pada operasional Panti.
"Kalau bantuan dari donatur langsung datang sendiri ke panti-pantinya, tidak pernah melalui Pemkot. Untuk laporannya mengenai bantuan tidak ada, itu kan interen dari panti, kami tidak mau tahu juga," kata Saryata. (*)