Travelling

Berwisata ke Linggang Melapeh, Menikmati Kebudayaan Dayak Tunjung yang Eksotis

Berwisata ke Linggang Melapeh sangat pas untuk wisata keluarga. Kampung wisata ini berlokasi di Kecamatan Linggang Bigung.

Penulis: Febriawan | Editor: Amalia Husnul A
tribunkaltim.co/febriawan
Alat musik tradisonal khas suku Dayak Tunjung yang ditampilkan di Lamin Linggang Melapeh. 

Tak berselang lama, Tribun mendengar suara gemulan alunan musik,yang dihasilkan dari gendang, gong dan kentongan.

Terdengar hentakan kaki yang berirama dari dalam sebuah rumah panggung yang memiliki ketinggian 1,5 m dari permukaan tanah. Seluruhnya bangunan rumah terbuat dari kayu ulin (kayu khas pulau Borneo).

Tepat didepan rumah panjang yang berukuran 15 x 30 ini, terlihat oranamen – orneman yang berlukiskan wajah sesorang berdiri kokoh di depan pintu masuk dan tangga luuq ini.


Anak-anak ikut meramaikan suasana di Lamin Linggang Melapeh. (tribunkaltim.co/febriawan)

Saat akan akan masuk ke dalam lamin ini, Tribun disambut beberapa wanita.

Nampak beberapa wanita dengan menggunakan baju berwana hitam yang dihiasi manik–manik berwarna warni (baju adat Dayak) menyambut kedatangan Tribun, dan memberikan gelang yang terbuat dari rotan, sebagai tanda selamat datang.

Tepat, di belakang empat wanita yang menyambut Tribun, beberapa remaja – remaja berdiri berjejar sambil membawakan tari Gantar diiringi musik khas suku Dayak Tunjung yang ada di dalam lamin ini.

Di dalam bangunan rumah panggung yang panjang dan sambung, yang terbuat dari sejenis kayu ulin atau kayu besi yang terkenal cukup kuat ini, Tribun dapat menyaksikan ukiran-ukiran etnik berupa gambar bermakna di dalam lamin ini.

BACA JUGA: Tren Makanan ala Jepang, Sushi dan Ramen Makanan paling Eksis

Ornamen tersebut umumnya bermotif makhluk hidup seperti wajah manusia, kisah perburuan, tumbuh-tumbuhan, dan lain sebagainya.

Ornamen tersebut disebut dapat menjaga keluarga yang tinggal di rumah itu dari bahaya ilmu hitam yang kapan saja bisa menyerang. Masyarakat suku Dayak sendiri dikenal sebagai suku yang kuat dalam hal ilmu spiritualis dan kebatinan.

Adapun warna-warna khas yang digunakan pada rumah lamin antara lain adalah warna hitam dan kuning.

Di sisi lain bangunan, Tribun melihat masyarakat baik itu tua muda saling duduk bersama di lantai, dan ada juga yang sibuk bermain musik dan tari – tarian khas suku dayak.

BACA JUGA: Mengenang Putri Mandalika di Pasir Putih di Pantai Kuta Lombok

Lamin tak luput dari sorotan masyarakat Kubar yang mengisi hari liburnya dengan berkunjung ke lamin ini.

“Lamin ini sudah ada sejak nenek moyang kami, dan sampai saat ini masih tetap ada,” ujar Musiman, petinggi/Kepada Desa Kampung Linggang Melapeh kepada puluhan awak media baik cetak dan elektronik, nasional maupun local, saat berkunjung ke lamin Melapeh dalam acara Green Economy, yang diselanggarakan WWF bersama AJI, Sabtu (28/5/2016.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved