Opini

Tak Sekadar Menahan Lapar dan Dahaga, Mengukuhkan Solidaritas Sosial saat Puasa

Ibarat taman sari, puasa Ramadhan menyimpan banyak pesona yang menarik untuk dimaknai lebih dalam.

Editor: Amalia Husnul A
TRIBUNKALTIM/ARIDJWANA
Sejumlah jamaah saat melaksanakan shalat Tarawih pertama berjamaah di Masjid Agung At Taqwa Jln. Jenderal Sudirman Balikpapan Kota, Minggu (5/6/2016). Shalat tarawih di pimpin oleh Imam Kiai Haji Zailani Mawardi. 

Kesalehan sosial mengandung makna, orang itu memiliki kepedulian untuk berhubungan secara harmonis dengan lingkungan sosial dan alam sekitar, sekaligus mampu ikut bertanggung jawab terhadap pengembangan masyarakatnya atau memiliki keunggulan partisipatoris yang dilandasi tingginya kualitas iman dan takwa.

Ciri masyarakat yang memiliki kesalehan sosial itu bisa dilihat bagaimana mereka konsisten menempatkan hukum sebagai aturan main.

Mereka juga mempunyai kepedulian sosial yang ditandai dengan kemauan berbagi dengan kelompok yang lemah.

 
Asep Irawan menggratiskan biaya potong rambut di Barbershop miliknya di bulan suci Ramadhan, dengan syarat hanya membaca Al-Quran. (Islamedia.id)

Selain itu, dicirikan oleh sikap toleran atas berbagai perbedaan yang ada serta kemauan kerja keras untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.

Mewujudkan kesejahteraan bersama adalah visi utama diturunkannya agama Islam di muka bumi.

Dalam buku Ideals of Realities of Islam, Sayyed Hosen Nasr mengungkapkan bahwa agama adalah kebersamaan, kepedulian, toleransi, dan upaya pengkayaan spiritualitas pribadinya.

Dan tak mungkin spiritualitas itu dikatakan berkembang jika masih belum punya kepedulian kepada sesama.

Banyak cara untuk mengaktualisasikan kesalehan sosial ini, baik melalui memperbanyak sodaqah, beramal jariyah, menyantuni fakir miskin, dan memberi bantuan bagi yang membutuhkannya dengan tanpa pamrih.

BACA JUGA: Rumah Hiburan Tetap Buka, Polres Malinau Tetapkan Jam Operasi

Tentu saja banyak rintangan yang akan menghadang kita dalam mengimplementasikan nilai-nilai sosial, baik yang datang dari dalam diri kita sendiri atau dari luar kita, semisal budaya kikir dan sifat acuh tak acuh yang merambat di masyarakat.

Betapa pun besar rintangannya, solidaritas sosial dan kemanusiaan harus tetap kita perjuangkan, khususnya dalam menghadapi berbagai krisis di Indonesia.

Ini merupakan suatu perjuangan heroik yang belum selesai, namun sayangnya rasa kebersamaan kita masih terpuruk.

Padahal, kita tengah menghadapi realitas tingginya angka kemiskinan di Tanah Air, baik masyarakat yang masih di lingkaran kemiskinan maupun di bawah garis kemiskinan, dengan berbagai dampak buruknya.

BACA JUGA: Selama Ramadhan, Negara Ini Bebaskan Pajak Pemilik Usaha Restoran Muslim

Sebagian lagi memang hidup di atas garis kemiskinan atau bahkan berada dalam strata kehidupan yang berkecukupan, namun tidak pernah atau kurang peduli untuk berbagi rasa dan membantu rakyat kecil yang serba kekurangan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Maraknya Fenomena Sound Horeg

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved