Kaltim Expo
Dari Sambal Ulek Kini Ia Jadi Miliarder
Usaha sambal yang dinilai sebagai orang sebagai usaha rumahan tak menjanjikan, diubahnya menjadi penghidupan.
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Tak perlu pilih-pilih dalam berusaha. Apapun, jika ditekuni bisa hasilkan rupiah. Hal ini seperti dijalani Hadi Subagiyo.
Usaha sambal yang dinilai sebagai orang sebagai usaha rumahan tak menjanjikan, diubahnya menjadi penghidupan. Hasilnya fantastis, Rp 300 juta ia raup dalam sebulan.
“Silakan dicoba sambalnya bu. Ini sambal kesukaan Luna Maya. Ada juga sambal kesukaan ibu Risma, Walikota Surabaya. Bisa dicoba sambil dicocol dengan kerupuk. Jika kepedesan, saya berikan air minum gratis,” ujar Hadi setengah berteriak kepada pengunjung yang berlalu lalang.
Rabu (24/8/2016), Tribunkaltim.co kembali bertandang ke Kaltim Expo, Convention Hall Samarinda, mencari beberapa UMKM yang terlihat beda daripada yang lain. Di sanalah kesempatan berbincang dengan Hadi, pengusaha Sambal CUK (Cabe Ulek Kemasan) didapatkan.
Baca: Menikmati Rasa Sambal Jablay yang Menggoda
“Meskipun hanya sambal, ini sudah diekspor hingga ke Amerika, Australia, hingga Dubai. Sistemnya reseller. Mereka pesan dengan saya. Untuk di lokal Indonesia, ini sudah tersebar di Surabaya, Jakarta dan kota lain. Tetapi, untuk Samarinda belum ada,” ujarnya.
Keluaran sambalnya pun diakui Hadi bahkan sudah pernah dicicipi serta dipesan oleh beberapa artis serta kalangan public figure.
“Luna Maya itu suka pesen sambal ikan asin. Meskipun cantik, tetapi senangnya sambal yang seperti itu. Andy F Noya, presenter Kick Andy, setiap saya keluarkan produk baru, dia selalu pesan. Nah, untuk Bu Risma justru tak terlalu suka sambal yang terlalu peda,” katanya.
Dikenalnya produk sambalnya tersebut tak lepas usai ia menjadi juara dalam program Berani jadi Miliarder yang digelar stasiun televise swasta di Indonesia. Hal ini ditambah lagi saat ia menjadi finalis program Inovasi Anak Negeri yang dipentaskan Bank Indonesia.
“Sejak saat itu, banyak yang ingin jadi reseller dan mulai tanya seperti apa produknya,” ucapnya.
Untuk produknya, Hadi harus menjelaskan perlahan. Ini karena banyaknya konsumen yang kerap bertanya datang ke stan pameran miliknya saat wawancara dilakukan.
“Saya miliki banyak jenis untuk Sambal CUK ini, mulai dari sambal ikan asin, sambal petai, sambal tuna, sambal korek, hingga sambal biasa. Untuk sambal pecel juga ada. Totalnya ada 15 jenis sambal. Jadi mulai dari yang sangat pedas, hingga sambal agak manis, juga ada. Tergantung selera konsumen,” ucapnya.
Untuk varian harga, bervariasi sesuai besaran produk. Mulai dari Rp 25 hingga RP 30 ribu. Ada pula ukuran kemasan dikisaran harga Rp 15 ribu.
“Meskipun hanya usaha rumahan, karyawan sudah ada 15 orang. Omzet bersihnya bisa Rp 300 juta sebulan. Itu karena tiap harinya saya bisa habiskan 1.000 kaleng sambal CUK kemasan. Paling banyak dari toko oleh-oleh saya yang ada di Surabaya,” katanya.
Baca: Pedas dan Gurihnya Pasta Rasa Sambal Pecel dan Rendang Daging
Proses pembuatan diakui Hadi, tak terlalu sulit, karena dilakukan dengan mesin giling. Ia hanya membutuhkan karyawan dalam melakukan pemilihan bumbu serta cabai, sebagai bahan baku.
“Bahan baku kami ambil dari perkebunan warga. Kemudian seluruh bahan digiling di mesin yang berkapasitas 300 kg, kemudian didinginkan, baru akhirnya dimasukkan dalam kemasan. Setiap sambal ini bisa bertahan selama setahun jika dalam keadaan tertutup. Tetapi jika sudah terbuka, bertahan bisa sekitar 1 minggu,” ujarnya.
Meskipun kini sudah berhasil, diakui Hadi, dalam tahap-tahap awal merintis usaha, ia sempat berkeringat banyak.
“Saya mulai usaha sejak 2010. Saat itu, tak ada pilihan lain. Usaha di bidang kontraktor mulai surut. Akhirnya saya putuskan pindah haluan jualan sambal. Awalnya peminat banyak, tetapi saya kekurangan modal. Tak mungkin usaha bisa besar jika jenis sambal yang saya jual saat itu hanya satu saja. Kemasannya pun belum dinilai layak,” katanya.
Itulah sebabnya ia kemudian mencari-cari pinjaman ke bank, tetapi itupun tak bisa mempengaruhi kalangan perbankan untuk meminjamkan modal.
“Sulit saat itu. Mereka berpikir, sambal tak mungkin bisa berpenghasilan besar. Tak bisa membayar plafon kredit. Padahal, yang saya butuhkan dana besar, untuki beli mesin giling serta menyiapkan kemasan yang baik. Untungnya, saat saya ikut program Berani Jadi Miliarder, pinjaman itu bisa didapat, dan akhirnya usaha tetap eksis hingga sekarang,” ucapnya. (*)
***
Baca berita unik, menarik, eksklusif dan lengkap di Harian Pagi TRIBUN KALTIM
Perbarui informasi terkini, klik www.TribunKaltim.co
Dan bergabunglah dengan medsos:
Join BBM Channel - PIN BBM C003408F9, Like fan page Facebook TribunKaltim.co, follow Twitter @tribunkaltim serta tonton video streaming Youtube TribunKaltim