Opini

Hikmah Dibalik Defisit, Saatnya Menggali Pendapatan Asli

Mereka yang mengatur negeri ini. Yang terlalu berambisi membangun mimpi tetapi tanpa kendali.

Editor: Amalia Husnul A
tribunkaltim.co/geafry necolsen
Ilustrasi. Pembayaran pajak di kantor Dinas Pendapatan Pengelolahan Keuangan dan Kekayaan (DPPKK), Kabupaten Berau. Menurut Wakil Bupati Berau, Agus Tantomo sesungguhnya dibalik krisis anggaran yang berupa defisit ini, terkandung sebuah berkah. Inilah saatnya daerah memikirkan dan menggali pendapatan asli sendiri. 

Oleh Datu Kesuma
Kepala BPMPK Kabupaten Berau.
sekretbpmpkberau@gmail.com

Datu Kesuma
Datu Kesuma, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Kampung (BPMPK), Kabupaten Berau

BADAI itu akhirnya datang juga. Datang dalam bentuk krisis anggaran. Paska gebrakan Sri Mulyani, Menteri Keuangan yang belum lama dilantik Jokowi, yang merombak postur APBN telah menimbulkan badai bak gelombang tsunami.

Hempasannya terasa hampir ke semua daerah. Gelombang kejut berupa defisit keuangan negara membuat syok para kepala daerah.

ABPD yang telah disahkan mengalami perubahan. Bukan perubahan dalam bentuk tambahan, sebaliknya terjadi pemangkasan secara signifikan.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 125/PMK.07/2016 tentang Penundaan Penyaluran Sebagian DAU tahun 2016 bak palu godam bagi para Kepala Daerah.

Transfer dana bagi hasil yang selama ini menjadi andalan belanja pembangunan dan operasional pemererintah daerah tidak bisa lagi diharap .

BACA JUGA:Soal Wacana Sekolah Tanpa PR, Ini Tangapan Kadisdik

Zona nyaman nampaknya telah berakhir. Pemerintah Daerah yang selama ini begitu asyik menikmati semilir angin surga yang bernama dana transfer daerah, dana bagi hasil, kini hasilnya nihil.

Untuk mengantisipasi dampak 'badai Sri Mulyani' beberapa pemerintah daerah harus mengambil kebijakan ekstrem.

Langkah yang tidak pernah terpikirkan selama ini, memangkas anggaran, menyetop kegiatan pembangunan yang telah berjalan, bahkan pada sebagian daerah yang sejak dulu anggarannya minim terancam tidak bisa membayar gaji pegawainya.

Kabupaten Kutai Timur harus menyetop dana desa tahap ke dua, termasuk mempertimbangkan meniadakan insentif bagi pejabatnya. Langkah serupa sepertinya juga dilakukan Kutai Kartanegara.

Pemerintah Kabupaten Berau juga tidak kalah stresnya. Dalam mengantisipasi efek defisit, pak Bupati telah mengambil kebijakan dengan jalan rasionalisasi anggaran.

BACA JUGA: Cerita Maulwi Saelan, Jatuh Bangun Jaga Gawang Indonesia di Final Olimpiade

Sesuai Surat Edaran Bupati Nomor 900/034/BKAD.3/2016 tanggal 30 Agustus 2016 tentang Rasionalisasi APBD tahun 2016 dengan 10 poin keputusan , antara lain pemangkasan semua beban anggaran sebesar 5 persen pada SKPD.

Menyetop semua proses lelang, membatasi perjalanan dinas dan mengurangi hampir separuh uang sakunya, meniadakan kegiatan yang sifatnya seremonial.

Dalam beberapa hal, Pemerintah Kabupaten Berau rupanya masih bisa bernapas. Kondisinya tidak separah daerah tetangga.

Alokasi Dana Desa dari APBD yang saat ini sedang dalam proses pencairan tahap kedua, masih aman dan terkendali. Pada saat semua Kepala SKPD sedang galau, Kepala Kampung masih bisa tersenyum.

Sementara di Balikpapan, langkah yang diambil walikota Rizal Effendi terbilang luar biasa. Pak Walikota habis-habisan mengadakan penghematan. Katanya, mulai sekarang tidak lagi makan dan minum.

BACA JUGA:Jumiati Pindah ke Rumah Bekas Guru, Berjarak Dua Kilometer dari Gubuknya

Tak ada lagi honor menghonor. Tak ada lagi perjalanan dinas di kegiatan. Bahkan tidak ada lagi BBM untuk kendaraan dinas pejabat, termasuk mobil dinas Walikota dan Wakil Walikota.

Setelah sekian lama merasakan senang, maka tibalah saatnya masa sulit. Dunia memang seperti ini. Ada kalanya tertawa dan ceria, ada masanya sedih dan berduka.

Jika dunia ini hanya diciptakan dengan malam saja, tidak ada siangnya atau sebaliknya, tentu tidak akan ada kehidupan.

Meski hukum alam sudah mengatur demikian, tapi nasib manusia tetap tergantung dari perilakunya.

Jika kita menanam padi tidaklah mungkin tumbuh ilalang. Jika kita menabur angin berarti menuai badai, begitu kata orang cerdik pandai.

BACA JUGA:Catat! Inilah Daftar Pekerjaan yang Dituntut Memiliki Keahlian Lebih di Masa Depan

Fenomena pemangkasan anggaran APBN yang sekarang menjadi momok bagi semua Kepala Daerah, tidaklah terjadi secara tiba tiba tanpa ada sebab. Karena ulah manusia juga.

Mereka yang mengatur negeri ini. Yang terlalu berambisi membangun mimpi tetapi tanpa kendali. Ambisi itu bagus, karena sifat ini bisa memompa semangat dan motivasi untuk memajukan diri.

Tapi terlalu ambisius juga bisa membuat celaka. Lebih celaka lagi kalau akibat ulah kita orang lain juga ikut celaka. Ini namanya celaka tiga belas. Angka yang berkonotasi negatif karena berkaitan dengan kesialan.

Bagi kita yang mampu merenung, dalam setiap musibah selalu terkandung hikmah.

Seperti yang ditulis pak Wakil Bupati Berau,Agus Tantomo, sesungguhnya dibalik krisis anggaran yang berupa defisit ini, terkandung sebuah berkah.

BACA JUGA: Bertanding Tiga Kali Seminggu, Pelatih Ini Malah Bersyukur Jadwal Padat

Berkah yang dapat diambil adalah agar kita yang selama ini hanya mengandalkan kucuran dana transfer dalam bentuk bagi hasil, sudah saatnya memikirkan dan menggali pendapatan asli sendiri.

Namanya juga dana bagi hasil, kalau pendapatannya berhasil tentu dikasih. Begitu hasilnya nihil, apanya yang dibagi.

Dalam konteks lain, "tsunami Sri Mulyani" ini juga memberikan sebuah catatan penting bagi kita bahwa perencanaan yang matang itu sungguh menjadi hal pokok dalam kehidupan.

Dalam bukunya Seni Berperang, Sun Tzu, seorang ahli strategi terkenal dari Tiongkok mengatakan, "Kita boleh kalah dalam pertempuran, tapi harus memenangkan peperangan. Untuk bisa memenangkan perang, susunlah perencanaan yang matang, buat taktik, dan strategi. Dapatkan informasi lengkap tentang kondisi lawan".

Ya, data dan informasi yang akurat, itulah kuncinya. Bagaimana bisa membuat rencana yang matang kalau data dan informasi yang diperoleh baru setengah matang.

BACA JUGA: SOGO Tambah Lagi Dua Lantai di Pentacity Shopping Venue

Masih mending makan telor ayam setengah matang, bisa menambah gizi dan energi.

Salah satu faktor penyebab terjadinya defisit anggaran secara nasional adalah prediksi penerimaan dari sektor pajak tidak sesuai dengan kondisi riil.

Target dipatok terlalu tinggi, hasil penerimaan pajak yang masuk kas negara tergolong cekak.

Sementara pak Jokowi sudah terlanjur mengobral janji membangun sekian mega proyek yang membutuhkan anggaran tidak sedikit.

Dari jalan tol di darat hingga tol laut. Poros maritim dunia. Indonesia, yang digadang gadang akan menjadi salah satu negara penting di dunia. Siapa yang tidak bangga dengan visi pak Jokowi. Kita semua angkat topi.

Cuma sayangnya, meminjam kata-kata bung Yusril,"Mengelola negara ini jangan amatiran". Jangan besar pasak daripada tiang. Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai."

Sungguh krisis moneter ini menjadi pelajaran berharga. (*)

Salurkan Keluhan atas Pelayanan Umum Melalui Hotline Public Service

Caranya mudah. Tinggal memilihnya, yakni:

-Telepon ke bagian Redaksi Tribun Kaltim: 0542 735015

-SMS ke Redaksi Tribun Kaltim: 0811 547 1888

-WhatsApp/Line Redaksi Tribun Kaltim: 0811 5387 222

-PIN BlackBerry Redaksi Tribun Kaltim: 54ED96E3

-Email: tribunkaltim.red@gmail.com dan cc ke redaksi@tribunkaltim.co

Boleh juga kicauan sahabat diunggah ke Twitter lalu mention Twitter @tribunkaltim gunakan hashtag/tagar #HotlineTribunKaltim

*****
Baca berita unik, menarik, eksklusif dan lengkap di Harian Pagi TRIBUN KALTIM
Perbarui informasi terkini, klik  www.TribunKaltim.co
Dan bergabunglah dengan medsos:
Join BBM Channel - PIN BBM C003408F9, Like fan page Facebook TribunKaltim.co,  follow Twitter @tribunkaltim serta tonton video streaming Youtube TribunKaltim
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Mengapa Rakyat Mudah Marah?

 

Lonjakan PBB dan Judul Clickbait

 

Merdeka, tapi Masih Antre Beras

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved