Dulu di Mamuju juga Sempat Ada Perempuan yang Nyaris Jadi Korban, Tubuhnya Sudah Terlilit Ular Piton
Ular-ular dengan panjang rerata 2-5 meter itu kerap dijaring dan dibuatkan perangkap oleh warga di area perkebunan sawit dan hutan.
Ance ular bukanlah pawang atau pemburu ular. Dia adalah warga Tionghoa keturunan, yang jadi pedagang pengumpul kulit samakan ular.
Lembaran kulit ular yang telah kering, ditimbang, lalu dipak lalu dibawa ke juragan besar di Ujungpandang.
“Kulit ular ini banyak dipakai untuk bahan baku sepatu, tas, atau ikat pinggang.” ujarnya.
Hingga saat ini, di Mamuju, kulit ular masih menjadi komoditas dagang sampingan petani sawit.
Di tiap kecamatan yang berdekatan dengan hutan, ada banyak pedagang pengepul yang membeli dari petani.
Ismail mengatakan, sepanjang 30 tahun lebih dia jadi mandor proyek lahan transmigran dan jalan Trans Sulawesi hingga awal tahun 2000-an, dia nyaris tak pernah dengar kabar ada warga yang dimangsa ular.
“Kalau ular makan kambing, sapi atau babi itu biasa, tapi kalau makan manusia itu yang baru saya dengar,” jelasnya.
Dia bercerita sebelum krisis moneter, ada kasus wanita Mamuju yang dililit ular sanca, namun karena wanita itu berteriak, akhirnya warga datang menyelamatkannya.
Agus Soemantri, salah seorang putra mendiang Kolonel (purn) Atik Soetedja, juga mengisahkan, saat ayahnya menjabat bupati, dia sering bercerita ada anggota TNI atau anak warga yang dapat ular raksasa.
“Almarhum, bapak itu sering takut-takuti kita, kalau ular Mamuju itu masih banyak melintas di jalan-jalan,” kata Agus kepada Tribun. (Tribun Timur/nurhadi para’/zil)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/ular-piton_20161117_173619.jpg)