Jaringan Kelompok ISIS

Waspada! WNI Pendukung ISIS Pulang dari Suriah, Sebagian Diantaranya Ahli Membuat Bom

Kepulangan beberapa warga Indonesia dari Suriah kembali menjadi sorotan setelah pelaku penyerangan anggota polisi di Medan, Sumatera Utara.

KOMPAS.COM/ISIL/AFP
Foto ini diambil dari sebuah video propaganda yang diunggah ke internet pada 8 Juni 2014 oleh kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) memperlihatkan para pejuang kelompok itu menaiki kendaraan bak terbuka di dekat kota Tikrit, Irak, Rabu (11/6/2014). Pasukan ISIS berkonvoi setelah sebelumnya merebut kota Mosul dari tangan pasukan pemerintah Irak. 

Namun, pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Ridwan Habib, meyakini tidak semua WNI yang berangkat ke Suriah memiliki kemampuan seperti yang digambarkan Ansyad Mbai.

"Bisa saja di Suriah mereka hanya tukang masak. Bisa saja belum ngapa-ngapain..." ujar Ridwan kepada BBC Indonesia, Rabu (5/7/2017).

Dia pun berkomentar, tidak semua WNI yang bertempur di Suriah itu mendukung ISIS.

"Banyak juga dari mereka yang merupakan anggota front anti (presiden) Bashar al-Assad, dan tidak setuju dengan ISIS."

Ridwan mencontohkan Jabhat al-Nusra, sebagai salah satu kelompok yang ikut bertempur di Suriah, "tetapi tidak sejalan dengan ISIS. Putra Abu Jibril, pimpinan Majelis Mujahidin Indonesia, pernah berjuang untuk mereka."

Menurutnya warga Indonesia yang masuk ke dalam kelompok seperti itu "tidak terlalu mengancam", karena menurut mereka Indonesia bukan negara yang bisa diperangi.

"Sementara ISIS menganggap semua negara itu bisa diperangi, termasuk Indonesia."

Dia melihat cukup banyaknya warga Indonesia yang bertempur di Suriah, termasuk untuk kelompok yang tidak mendukung ISIS, karena Suriah sudah dilihat sebagai 'medan jihad'.

"Seolah-olah Suriah itu seperti Afghanistan pada tahun 1990an saat mau dijajah Uni Soviet. Sekarang mereka melawan rezim Bashar al-Assad yang dianggap menindas kelompok Islam Sunni," pungkasnya.

Bukan bahaya, tapi potensi

Lebih jauh lagi, Ridwan menilai yang seharusnya lebih diwaspadai adalah warga Indonesia yang belum berangkat ke Suriah, "tetapi punya semangat dari doktrin ISIS yang diperoleh dari media sosial, misalnya kanal Telegram."

Dia mencontohkan pelaku bom bunuh diri di Kampung Melayu, Rabu (24/5/2017) malam, Ichwan Nurul Salam dan Ahmad Sukri, yang tidak pernah berangkat ke Suriah.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto bahkan mengungkapkan mereka bahkan tidak perlu punya dana besar untuk melakukan aksi bom bunuh diri.

Modal untuk membuat bom panci yang digunakan pun bahkan bisa dibilang murah.

"(Panci) ini murah ini. Hanya Rp200.000. Total Rp850.000, sudah bisa buat bom. Logikanya kan ini murah," tutur Setyo, Kamis (22/6/2017).

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved