Tak Mau Disebut Ilegal Begini Klarifikasi Pemilik Ratusan Ekor Sapi yang Ditahan TNI AL

Pemilik 633 ekor sapi asal NTT yang diduga ilegal dipanggil Lanal Balikpapan untuk dimintai keterangan.

TRIBUN KALTIM / MUHAMMAD FACHRI RAMADHANI
Ilustrasi - Arifin Katili, penjual sapi kurban di bilangan Kampung Timur, Balikpapan Utara bersama puluhan hewan jualannya saat ditemui pada Senin (14/7/2017). 

Pasalnya risiko kematian hewan ternak tersebut cukup tinggi dalam perjalanan dari NTT ke Kaltim.

Kelebihan tersebut tujuannya agar pihak pembeli tidak merasa dirugikan, menerima hewan ternak tidak sesuai atau kurang jumlahnya dengan yang dipesan.

Ia pun menyeret nama MUI Kota Samarinda, pasalnya lembaga tersebut menjadi salah satu pemesan sapi yang saat ini masih terlilit proses hukum.

"Kelebihan itu antisipasi saja. Nah, MUI Samarinda juga pesan barang (sapi), untuk kebutuhan Idul Fitri," katanya.

Ia tak bisa menampik akibat oenahanan tersebut pihaknya mengalami kerugian. Namun dirinya pasrah mengikuti aturan hukum yang berlaku, yang saat ini tengah ditegakkan jajaran TNI AL.

"Ya rugi, mas. Ini aja kapal masih bon," tuturnya.

Sementara Komandan Lanal Balikpapan Kolonel Irwab S.P Siagian mengatakan saat ini pihaknya masih melakukan pendalaman.

Pihaknya juga tengah mempelajari pertimbangan bisnis yang dilakukan pemilik hewan ternak itu sehingga melebihkan muatannya di atas kapal.

"Kalau menurut pihak pemilik, diibaratkan itu space atau cadangan, kalau misal selama perjalanan terjadi kematian," katanya.

"Kalau mungkin info yang beredar ilegal. Saya tak bisa bilang 100 persen salah atau 100 persen benar," lanjutnya.

Pada prinsipnya bicara resmi atau tidak, yang jelas bila resmi jumlah muatan harusnya sesuai dengan manifest yang ada.

"Kalau mengacu pada kondisi kemampuan daya ruang kapal sendiri, kalau sampai dengan 10 ekor masih ada space. Lain hal jika lebih dari 50 atau 100, kita mau bilang cadangan itu gak mungkin. Masa cadangan seperempat dari total muatan atau permintaan pihak pemesan," jelasnya.

Dari hasil pemeriksaan sementara, dokumen kapal maupun hewan ternak lengkap. Hanya saja ada ketidaksesuai antara manifest dengan jumlah rill muatan.

"Kondisi terakhir 10 sapi yang kita temui, kondisinya 2 mati selama perjalanan, 1 ekor kondisi sekarat akhirnya dipotong kru kapal, lalu 2 kondisi kaki patah," bebernya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved