Selama di Arab Bos First Travel Selalu Minta Layanan Mewah, Ujungnya Nunggak Hutang Rp 24 Miliar
Ahmed selalu menyediakan kamar hotel terbaik dan mobil mewah untuk bos First Travel, Andika Surachman dan Anniesa Hasibuan, ketika mereka berada di Ar
TRIBUNKALTIM.CO - Pengusaha Arab Saudi, Ahmed Saber, selama ini berusaha menjaga hubungan bisnis dengan First Travel.
Ahmed selalu menyediakan kamar hotel terbaik dan mobil mewah untuk bos First Travel, Andika Surachman dan Anniesa Hasibuan, ketika mereka berada di Arab Saudi.
Penyediaan fasilitas kelas VIP atau private itu bukanlah inisiatif Ahmed. Menurutnya, justru Andika dan Anniesa yang minta dilayani bak raja.
Baca: Demi Menikahi Pasangannya Artis ini Rela jadi Mualaf, Namun Istrinya Kini Jalan dengan Pria lain
Ahmed Saber merupakan pengusaha Hotel Dyar Al-Manasik di Jeddah. Hotel tersebut dipilih sebagai tempat penginapan jemaah umrah asal Indonesia yang berangkat ke Tanah Suci lewat First Travel.
Kerja sama Andika dan Ahmed dimulai sekitar 2015. Pada masa awal kerja sama, pembayaran lancar-lancar saja. Pada 2016, pembayaran mulai terlambat.
Baca: Dalam Sekejap Tiket Pertandingan Malaysia Vs Indonesia Ludes, Pendukung Timnas cuma Kebagian Segini
Memasuki tahun 2017, bisnis Andika mulai goyang. Saber pun tak lagi menerima pembayaran dari Andika sejak Maret 2017. Hingga saat ini totalnya mencapai Rp 25 miliar.
"Setiap saya tanyakan Andika soal pelunasan pembayaran, alasannya selalu ada saja," kata Saber di Kantor Bareskrim Polri, Jakarta, Jumat (25/8/2017) siang.

Saber menambahkan, Andika pernah bercerita bahwa asosiasi biro perjalanan di Indonesia ingin membekukan First Travel karena menjual paket umrah yang terlalu murah.
Dua hari sebelum Andika ditangkap, Saber menghubunginya dan meminta bertemu. Namun, Andika menghindar.
Pada 8 Agustus 2017, Andika mengirim pesan singkat kepada Saber bahwa dirinya tengah berada di Kementerian Agama untuk mengurus pembekuan First Travel.
Baca: Bak Sinterklas, Begini Dirjen Hubla Gunakan Uang Tanda Terimakasih dari Para Rekanan Kontraktor
Kemudian Andika kembali mengiriminya pesan singkat, mengabarkan bahwa dirinya ditangkap polisi. Saber mengatakan, meski ditangkap, Andika menjanjikan bahwa utang-utang tersebut akan dilunasi.
Turaji, penasihat hukum Ahmed Saber menyatakan, kerja sama First Travel dan Hotel Dyar Al-Manasik awalnya berjalan baik.
"Sampai awal tahun 2017 lancar tanpa ada tunggakan sama sekali. Tetapi begitu bulan Maret tahun 2017, tunggakan kian banyak hingga pada akhirnya per 7 Juli 2017, tunggakannya masih Rp 24 miliar," beber Turaji.

Pihak First Travel berdalih memiliki masalah internal di Jakarta sehingga belum bisa membayar kewajiban ke Hotel Dyar Al-Manasik.
Dalam wawancara di Kompas TV, Kamis malam, Ahmed Saber menyatakan, Andika dan istrinya, Anniesa, memiliki gaya hidup yang mewah. Saber juga melihatnya dari foto-foto mereka saat liburan ke luar negeri.
Saber mengaku pernah diajak berlibur ke Indonesia sebagai balasan karena mengajak Andika dan Anniesa berlibur di Arab Saudi.
"Saya lihat cara hidup Andika. Sepertinya ia punya uang yang banyak. Tapi saya tidak tahu di mana saja ia berbisnis," kata Saber.
Baca: Setelah Bendera Indonesia Terbalik, Malaysia Buka Aib Sendiri? Ini Bukti yang Trending di YouTube
Melihat kemewahan pasangan suami-istri tersebut, Saber percaya bahwa keduanya memiliki usaha yang sukses. Bahkan, Saber menganggap Andika punya bisnis lain di luar agen perjalanan umrah.
"Pertama saya kenal dekat Andika, tidak ada tanda dia akan bangkrut," kata Saber.
Ahmed Saber yang didampingi Turaji akhirnya melaporkan First Travel ke Bareskrim Polri pada Jumat siang.
Ahmed Saber mengaku berupaya mendapatkan aset-aset Andika. Padahal, aset tersebut telah disita Polri dalam rangka menelusuri dugaan pencucian uang.
Rencananya, Saber akan melaporkan Andika ke pengadilan di Arab Saudi, bukan ke kepolisian. Saber juga meminta agar Pemerintah Indonesia ikut membantu menyelesaikan masalah ini.
Gaya hidup mewah Andika dan istri juga dibeberkan mantan karyawati First Travel yang menjadi narasumber acara "Rosi" di Kompas TV, Kamis malam.
"Sehari-harinya, bapak dan ibu sangat mewah. Datang ke Kuningan dan Depok (kantor First Travel) selalu dengan Hummer," ujarnya.
Di beberapa situs otomotif, mobil Hummer keluaran terakhir dibanderol sekitar Rp 5 miliar.
Bahkan, untuk jarak dekat pun, mereka bepergian dengan menggunakan mobil.
"Bapak salat Jumat dari kantor ke masjid yang waktu tempuhnya lima menit, maunya dianter Hummer," kata perempuan tersebut.
Andika dan istri selalu dikawal bodyguard. Peran bodyguard tersebut membuat mantan karyawati tersebut takut untuk memberikan kesaksian kepada pihak kepolisian.
"Bapak dan ibu punya bodyguard khusus dari "Pasukan Garuda". Saya juga lihat berita, ternyata mereka simpan senjata tajam," kata perempuan tersebut.
Baca: Isu Poligami Merebak, Dian dan Opick tak Hadir Pengajian, Begini Penjelasan Pengurus Majelis
Sejauh ini belum ada kejelasan, siapa yang dimaksud Pasukan Garuda tersebut. Selama ini, Pasukan Garuda merupakan nama untuk pasukan TNI yang dikirim sebagai pasukan perdamaian ke sejumlah negara yang mengalami konflik.
Mantan karyawati First Travel itu juga mengaku sudah bisa menebak perusahaan tersebut akan terjerat kasus. Prediksi ini dibuat berdasarkan sistem keuangan First Travel yang buruk.
"Menurut saya sistem kerja dan pengelolaan keuangan tidak sesuai standar perusahaan travel umrah, tur, dan domestik juga," ujarnya.
Perempuan itu menambahkan, ada yang janggal dalam sistem pembagian kerja. Satu divisi dengan divisi lainnya bisa bertukar pekerjaan, padahal tidak sesuai dengan kompetensinya.
Hal tersebut jelas melanggar standar prosedur operasional pada perusahaan ada umumnya.
"Saya punya pengalaman di perusahaan travel lain," kata mantan karyawati First Travel itu.
Perputaran uang di perusahaan tersebut juga dianggap tidak bagus karena tidak memiliki sistem akuntansi yang layak. Selain itu, perusahaan juga memiliki banyak utang. Maka tak heran banyak calon jemaah yang tidak bisa diberangkatkan umrah.
"Banyak utang ke supplier jadi tidak bisa cetak tiket atau visa. Ini yang membuat jemaah terkatung-katung," katanya.
Seringkali jemaah batal atau diundur keberangkatannya karena belum menerima visa. Mantan karyawati itu mengatakan, sebenarnya bukan karena visanya belum jadi, melainkan sengaja ditahan pihak provider.
"Provider menahan visa karena belum bayar. Pernah teman saya enggak berangkat, selalu di alasan visa. setelah saya cek di kedutaan Arab (Saudi), visanya udah ada, tapi masih utang ke provider visanya," kata dia. (fah/aco)