Saat Susun Kabinet Kerja, Baru Terungkap Ternyata Begini Dialog Jokowi dan Megawati

Megawati lalu berkata dengan jelas kepada Jokowi, bahwa republik ini dibangun dengan perjuangan, tetesan keringat, darah, dan air mata.

Editor: Amalia Husnul A
Dokumentasi Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Kepresidenan
Presiden Joko Widodo bersama Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri melakukan makan siang bersama di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Senin (21/11/2016) siang. 

TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA - Ternyata ada kisah yang baru terungkap ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertanya kepada Ketua Umum PDI Perjuangan yang juga Presiden RI Kelima, Megawati Soekarnoputri soal bagaimana susunan kabinet akan dibentuk di awal pemerintahan.

Kisah itu diungkapkan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, saat mengikuti perayaan Idul Adha 1938 Hijriyah di Masjid Al-Huda, Teggumung Wetan, Surabaya, yang dihadiri Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf, Jumat (1/9/2017).

Ketika menyampaikan kata-kata sambutannya, Hasto Kristiyanto mengisahkan dialog antara Megawati dengan Presiden Jokowi.

Baca: Polisi Temukan Mayat Mengambang di Bawah Tongkang, Identitas Masih Coba Ditelusuri

Baca: VIDEO – Penuturan Si Penjaga Sapi Terberat Milik Jokowi yang Dikurbankan di Istiqlal

Baca: Sapi Bantuan Gubernur Irianto Lambrie Berbobot 950 Kg

Kata Hasto, dialog itu didasari oleh Pancasila sila pertama soal Ketuhanan yang Maha Esa.

Ketuhanan yang dimaksud adalah ketuhanan yang berkebudayaan, penuh toleransi, berbudi pekerti, tanpa egoisme.

hasto nih3
Ist

Megawati dan Jokowi lalu berdialog soal bagaimana membumikannya, demi kesejahteraan rakyat Indonesia.

Saat itu, kata Hasto, Jokowi bertanya kepada Megawati soal bagaimana susunan kabinet akan dibentuk.

Megawati lalu berkata dengan jelas kepada Jokowi, bahwa republik ini dibangun dengan perjuangan, tetesan keringat, darah, dan air mata.

Lalu, siapa yang berkeringat bagi republik?

Demikian tanya Megawati.

Pada 1912, didirikanlah Muhammadiyah.

Baca: Baru Tahu Dilaporkan ke Polisi, Jawaban Jonru: Alhamdulillah Sejumlah Pengacara Siap Bela Saya

Baca: VIDEO – Saat Ditanya Soal Uang Bantuan Jawaban Ibu Ini Bikin Jokowi Tertawa

Baca: Wahdiat Algazali Jadi Direktur Perusda Migas Migas Benuo Taka

Pada 1926, didirikanlah Nahdatul Ulama. Pada1927, didirikan Partai Nasional Indonesia.

Dan pada 1945, Bung Karno membangun Tentara Nasional Indonesia.

Megawati lalu menekankan kepada Jokowi, bahwa kalau keempat kekuatan ini bersatu, maka ‎Indonesia yang adil dan makmur akan terwujud dengan baik.

Selanjutnya, kata Hasto, Megawati juga mengingatkan Jokowi, bahwa Islam yang masuk ke Indonesia adalah Islam yang membangun peradaban.

Islam yang masuk dengan tradisi perdagangan.

Baca: Ikuti Penyembelihan Hewan Kurban, Ini Gaya 5 Selebrita Tanah Air dari yang Seru hingga Asyik

Baca: Jelang Laga Persahabatan Indonesia vs Fiji, Pemain Fiji Kepanasan

Baca: VIDEO - Divonis Menderita Kanker Otak, Anak Berusia 12 Tahun Ini Terbaring Lemah di ICU

"Karena itulah perkuat ekonomi rakyat, libatkanlah umat Islam dalam kegiatan ekonomi itu. Karena inilah subjek sejati Islam yang ada di Indonesia," kata Hasto mengutip pernyataan Megawati.

Hasto secara pribadi mengatakan, sikap demikian berbeda dengan tradisi di Orde Baru, di mana Islam dijauhkan dari perdagangan.

Dilanjutkan dia, oleh karena itulah Presiden Jokowi, bersama Nahdatul Ulama dan Ketua Majelis Ulama Indonesia KH Mar'uf Amin, membangun ekonomi untuk Ummat.

"Itulah prinsip ketuhanan yang menyatu dengan tradisi kemanusiaan yang adil dan beradab.

Tanpa ketuhanan yang bicara soal keadilan dan beradab, tak ada artinya," kata Hasto, seperti dikutip dari keterangannya kepada Tribunnews.com, Jumat (1/9/2017).

Megawati dan Jokowi
Megawati dan Jokowi (DOKUMENTASI TRIBUNNEWS)

Hasto juga menyampaikan bahwa Idul Adha bukan sekadar jalan pengorbanan demi keyakinan‎ kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tapi juga sebagai cerminan bagaimana kepasrahan jiwa sebagai umat kepada Sang Maha Pencipta.

Melalui itu, Ummat tak hanya menempuh jalan keimanan, tetapi juga menempuh jalan pengabdian bagi bangsa dan negara.

‎Dia mengaku sudah tiga tahun terakhir berada di Jawa Timur untuk merayakan Idul Adha, demi menyatu dengan Wong Cilik.

Dan bicara Wong Cilik, yang di bawah adalah adanya kaum Nahdliyin dan Marhaen.

Baca: Gaya Pacaran Al Ghazali dan Alysa yang Jadi Obrolan Netizen, Nomor 3 Berani Lho. . .

Baca: Jelang Laga Persahabatan Indonesia vs Fiji, Pemain Fiji Kepanasan

Baca: Merayakan Idul Adha tanpa Anak, Walikota Jaang Gelar Open House

Jawa Timur memang punya arti yang bersejarah bagi partainya. Sebab di Jawa Timur, Bung Karno lahir dan belajar Islam sebagai semangat pembebasan dengan HOS Tjokroaminoto.

Islam lah yang memberikan inspirasi kepada watak patriotisme dan nasionalisme Bung Karno.

Jawa Timur juga merekam jejak historis kultural PDIP dengan Nahdatul Ulama.

Pada Oktober 1945, Bung Karno berkonsultasi dengan para ulama yang menghasilkan Resolusi Jihad.

Lahirlah inspirasi untuk menggerakkan rakyat membela kemerdekaan dengan mengorbankan jiwa dan raga pada 10 November 1945.

"Oleh Pak Jokowi kemudian dijadikanlah momen itu sebagai peringatan Hari Santri, demi memperingati bagaimana Resolusi Jihad menggerakkan rakyat di Jatim menjadi benteng kemerdekaan," ujar Hasto.

Baca: Partainya Disamakan Dengan PKI, ini Kata Megawati

Baca: Akhirnya. . . Megawati dan SBY Salaman di Istana, Ini Kata Politikus PKS

Baca: Lucu, Kisah Marahan antara Gus Dur dan Megawati. . .

"Dengan semangat Idul Adha ini, mari bumikan Pancasila, kita kobarkan ‎ semangat pengorbanan untuk bangsa dan negara, dengan semangat dedication of life," tandasnya.

Selain Syaifullah Yusuf, hadir juga Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur yang Wakil Ketua DPRD Jawa Timur, Kusnadi.

Dilakukan penyembelihan hewan kurban berupa 10 ekor sapi dan 10 ekor kambing.

Hasto dan Kusnadi disambut dengan meriah di mesjid yang dibangun dengan gotong royong itu. (*)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved