Deteksi Penyakit Kaki Gajah Dinkes Adakan Tes Darah hingga Subuh
Dia merasa minder bergabung dengan warga lainnya karena sempat dituding sebagai pembawa wabah penyakit
Penulis: Doan E Pardede | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG SELOR - Dinas Kesehatan Kabupaten Bulungan akhirnya mengambil sampel darah seluruh warga yang ada di kampung Betiang, Desa Salimbatu, Kecamatan Tanjung Palas Tengah, Selasa (5/9) malam. Tes darah ini harus dilakukan karena ada seorang warga yang sudah dinyatakan positif menderita penyakit kaki gajah (filariasis) akut.
Di antara atrean puluhan warga di Puskesmas Pembantu kampung Bentiang, tempat digelarnya pengambilan sampel darah, seorang pria bertubuh tambun tampak menyendiri di salah satu sudut halaman.
Sekilas, tak ada yang aneh dari perawakan pria bertubuh tambun ini yang sudah dinyatakan positif kaki gajah akut, Agustus lalu ini. Karena menggunakan celana kain yang agak longgar, kaki kanannya yang sudah membengkak tersamarkan. "Saya itu orangnya, yang kena kaki gajah," ujarnya saat disapa Tribun.
Sebut saja Benny, pria berusia 35 tahun tersebut mengaku bahwa apa yang dilakukannya ini bukan tanpa alasan. Dia merasa minder bergabung dengan warga lainnya karena sempat dituding sebagai pembawa wabah penyakit.
Benny menuturkan, menjadi penderita penyakit kaki gajah ternyata sangat menyakitkan. Selain tak lagi bisa beraktivitas seperti biasa, penderita juga harus menanggung rasa malu seumur hidup.
Walau tidak semua, ada saja satu atau dua tetangga yang kerap mengejek kondisinya saat ini. "Saya sebenarnya mau teriak, saya mau bilang ke mereka kalau saya juga nggak mau jadi seperti ini," ujar Benny.
Bahkan baru-baru ini, beberapa orang warga secara terang-terangan memintanya untuk segera meninggalkan kampung. Beruntung, sang Ketua RT tempatnya tinggal, Kamaruddin sudah banyak mendengar seputar penyakit yang dideritanya. Ketua RT, sedikit demi sedikit memberikan pemahaman kepada warga, bahwa penyakitnya tidak menular melalui sentuhan atau interaksi langsung. "Hinaaan-hinaaan itu.., sakit sebenarnya saya rasa," ujarnya sesenggukan.
Pria yang sehari-hari bekerja sebagai petani dan pemburu ini menuturkan, penyakit ini mulai dirasakannya sekitar bulan Juli 2017 lalu. Kala itu, ukuran kaki kanannya masih normal dan dia masih bisa beraktivitas seperti bisa. Hanya saja, sesekali ada timbul bercak-bercak merah yang kemudian membesar menjadi seperti bisul. Ukurannya masih sebesar ibu jari. "Saya korek pakai jarum, keluar nanahnya," katanya.
Lama kelamaan, kakinya pun semakin bengkak. Dia mengaku sudah mencoba pengobatan herbal hingga pengobatan dengan menggunakan minyak mentah. Berobat ke Puskesmas juga sudah dilakukan. Namun semuanya tak kunjung memberikan hasil.
Beberapa waktu lalu, beberapa warga mencurigai dirinya menderita penyakit kaki gajah dan menyarankan langsung berobat ke rumah sakit. Di sinilah semua menjadi terang berderang. Dia dinyatakan positif menderita penyakit kaki gajah.
Jujur, kata dia, penjelasan bahwa penyakit ini harus diderita seumur hidup sempat membuatnya down. Beruntung, sikap sang istri yang sudah 4 tahun dinikahinya tak berubah dan tetap mau merawatnya. Karena belum memiliki anak, sang istri juga kini bisa lebih fokus merawatnya.
Satu hal yang membuatnya tetap semangat menjalani hidup adalah harapan bahwa suatu saat, ada obat yang bisa menghilangkan seluruh penyakitnya. "Istri saya juga sekarang nggak kerja karena merawat saya. Saya masih yakin ini masih ada obatnya," katanya. (*)
Petugas Pastikan Tiap Hari Pasien Minum Obat
KEPALA Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Kabupaten Bulungan Imam Sujono mengatakan, jumlah penderita penyakit kaki gajah yang ada di Kabupaten Bulungan di tahun 2017 ini tercatat sebanyak 15 orang. Jumlah ini meningkat dari temuan di tahun 2013 sebanyak 12 orang.
Sebanyak 12 orang yang terdeteksi lebih awal ini hanya dinyatakan positif menderita kaki gajah, dan belum memperlihatkan gejala yang cukup mencolok, seperti pembengkakan di bagian-bagian tubuh.
Sementara 3 orang lainnya yang baru saja terdeteksi baru-baru ini sudah dalam kondisi akut dan kaki sudah membengkak. Benny dan 2 orang lainnyam jelas Imam, diharuskan minum obat selama 12 hari berturut-turut. Untuk memastikan obat benar-benar diminum, petugas puskesmas akan menyambangi pasien ke tempat tinggalnya, setiap hari. "Setiap hari. Teman dari puskesmas yang akan datang ke sana," ujarnya.(*)