Ketika SPBU di Berau 'Dikuasai' Para Pengecer, Warganet: Kasih Mereka Pelajaran!
Seorang warganet bernama Evi Dahlia bahkan mengaku tidak pernah lagi membawa motornya masuk SPBU selama 1 tahun 7 bulan
Penulis: Syaiful Syafar | Editor: Syaiful Syafar
TRIBUNKALTIM.CO - Pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur kini membuat warga setempat resah.
Mereka mengaku kesulitan mendapatkan BBM di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) karena selalu penuh antrean.
Celakanya, antrean itu rata-rata dikuasai oleh para pengecer yang dengan sengaja membawa jerigen atau motor spesifikasi tangki besar.
Keresahan warga ini disuarakan lewat grup Facebook Buka Lapak Berau, menanggapi tautan berita online TribunKaltim.co berjudul "Lihat Kapolres Berau Turun dari Mobil, Pembeli Bensin di SPBU Langsung Kocar-kacir".
Baca: Tak Punya Etika! Putri Sulung Gus Dur Diejek Anak si Buta, tapi Reaksinya Bikin Haru
Mayoritas warganet memberi dukungan kepada pihak kepolisian untuk terus memantau dan menertibkan SPBU di Berau.
Menurut penuturan warganet, hampir setiap hari SPBU di Berau dikuasai oleh penyedot BBM yang oknumnya itu-itu saja.
Mereka kerap menyerobot masuk SPBU, bahkan menggunakan tangki yang bukan lagi sesuai standar.
Baca: INFO CPNS 2017 - Jangan Harap Gubernur Bisa Meluluskan Orang, Sanksi Tegas Menanti Calo
Gara-gara SPBU kerap dipenuhi antrean, mau tidak mau warga terpaksa membeli bensin di pengecer yang harga jualnya jauh lebih mahal ketimbang SPBU.

Di satu sisi sebenarnya keberadaan para pengecer ini dianggap membantu, mengingat SPBU tidak buka 24 jam. Apalagi wilayah pelosok yang sama sekali tak punya SPBU.
Tapi lambat laun warga kesal karena momentum ini malah dijadikan kesempatan buat para pedagang untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.
Akhirnya mendapatkan jatah bensin di SPBU menjadi barang langka bagi warga. Tak ada pilihan selain beli di pengecer.
Baca: PLN Buka Banyak Lowongan Kerja, Buruan Daftar Sebelum Terlambat
"saya pernah tinggal d balikpapan,samarinda,sangata,bengalon cuman d berau pengantri bensin bocorx wah luar biasa!coba contoh tanjung selor tdk ada pengantri tangki bocorx bro!" ujar Amank Ranggas.
"Kasi mrk pelajaran pak klw perlu bina mrk itu supaya tau cara ngantri tanpa nyerobot ditambah lagi supaya tdk nimbun bensin cek tangki mrk itu isinya bukan standar lagi," komentar Andi Rukman Hamid.
"Inilah yang buat kita susah paya. Kalau mau ngantri setidaknya kasih waktu dong. Biar adil. Kalau mau larangkan tidak bagus karna rezeky orang cari juga. Tpi setidaknya cari rezeky dengan cara tidak menyusahkan orang.
Contoh waktu ngantri untuk para penjual diberikanlah pada waktu senggan setelah jam sibuk di atas jam 8. Sampai jam 11. Dan kalau siang jam 2 sampai jam 3/4. Kalau bebas pagi-pagi kita mau kerja mau sekolah jadi terlambat karna begini tidak memiliki aturan.
Kalau di tarakan dibedakan dia tempat ambilnya. Khusus yang mau jual lagi di arahkan ke SPBU yang di juata/kampung dan sepi. Kalau di kota di larang.
Na kalau di berau kasih saja waktu-waktu mereka biar tidak bergesek dengan kita yang buru-buru," komentar Andi Irwansyah Basrih.
"Mereka Kabur Karna salah,disisi lain mereka nekat karna mencari nafkah,walau mereka tahu apa yg dilakukan merugikan orang banyak nah itulah lika liku kehidupan," sahut Aidil Hamka SE.

Seorang warganet bernama Evi Dahlia bahkan mengaku tidak pernah lagi membawa motornya masuk SPBU selama 1 tahun 7 bulan karena malasnya melihat antrean panjang.
Pengalaman serupa disuarakan Ferdiansyah Rachman, yang hampir dua tahun tinggal di Berau tak pernah singgah ke SPBU.
Setiap ke SPBU selalu tutup, sehingga mau tidak mau ia membeli bensin eceran.
Baca: Derita Warga Pegat Batumbuk, Punya Hunian tanpa Kuburan hingga Melahirkan di Atas Speedboat
Tidak hanya di grup facebook, warganet juga ramai menyuarakan aspirasinya di portal berita www.TribunKaltim.co, menanggapi pemberitaan tersebut.
Sebagian menganggap, apa yang terjadi adalah masalah klasik yang tak pernah kunjung diselesaikan oleh pejabat setempat.
"Tidak pernah ada solusi. Seperti pepesan kosong. Aparat datang pengetab pergi, aparat pergi pengetab kumpul lagi. Pejabat cuman koar2 aja penertiban tdk pernah ada solusi permanen," ujar Pa Akbar.
"Setahun sekali sidak nggak menyelesaikan masalah, karena pengetab imi sdh menjadikan hal ini profesi,sehingga pengguna yang lain spbu tidak bisa lagi beli dispbu karena ulah pengetab ini,. Lakukan tindakan disiplin sehingga fasilitas masyarakat ini benar dirasakan ada oleh masyarakat," ujar Rudi Hartono.
"Sy sdh 13 thn di Berau sllu beli bensin eceran. Betapa tdk, antrian sllu dipenuhi pengetab.untuk sekedar dpt 2ltr hrus ngantri berjam-jam," komentar Aan Azzikra.
Diberitakan sebelumnya, Kapolres Berau AKBP Andy Ervyn melakukan inspeksi mendadak ke sejumlah SPBU, Selasa (5/9/2017).

Meski BBM masih tersedia di SPBU, namun masyarakat terpaksa membeli di eceran karena merasa tak sanggup mengantre di bawah terik matahari.
Sementara antrean memanjang hingga keluar SPBU hanya untuk membeli beberapa liter saja.
Para pengetap BBM menguasai antrean.
Baca: Aktor Ganteng ini Bongkar Keburukan Istrinya yang kini Dekat dengan Billy Syahputra
Mayoritas menggunakan sepeda motor Suzuki Thunder yang spesifikasi tangki BBMnya memang besar, menghabiskan jatah untuk masyarakat yang lain dengan bolak-balik mengisi BBM di SPBU.
"Bahkan tadi kami mendapati ada yang membeli BBM menggunakan jerigen," kata Kapolres Berau, Andy Ervyn, Selasa (5/9/2017) pukul 15.30 wita.
Baca: Biadab! Suami Tega Potong Kaki Istirinya hingga Putus, Padahal Alasan Cuma Karena Hal Ini
Menurut Andy Ervyn, BBM jenis tertentu seperti Pertalite, Pertamax dan Solar Dex memang bisa dibeli dengan jerigen, karena BBM jenis ini merupakan non subsidi.
Namun karena 'diborong' oleh para pengetap, BBM yang mestinya bisa didistribusikan secara merata, dikuasasi oleh para pengetap dan pengecer BBM.
"Kuota SPBU yang terbatas jadi cepat habis. Karena itu masyarakat akhirnya membeli BBM eceran dengan harga yang lebih mahal. Itu kan sama saja menyusahkan masyarakat yang lain," tegas Andy. (*)