Kenapa Film Jagal dan Senyap Tidak Ikut Diputar? Begini Jawaban Menohok Panglima TNI

Film Senyap bercerita bagaimana para pelaku penjagalan terhadap orang-orang yang dituduh terlibat Partai Komunis Indonesia (PKI), di kawasan Sumatera

Editor: Syaiful Syafar
Tribunnews
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo. 

Gatot menyebut tidak masalah banyak orang yang mempersepsikan lain terkait instruksi kepada jajarannya.

"Orang mempersepsikan lain, ya silahkan saja. Haknya beda-beda kok tidak masalah. Saya tidak akan menanggapi itu. Yang penting saya kerjakan," ujarnya.

Jadi Pengalaman Buruk

Panglima TNI Jendral TNI Gatot Nurmantyo memerintahkan jajarannya untuk menonton film Pengkhianatan G30S/PKI. 

Gatot Nurmantyo menyebut banyak yang bisa dipelajari dengan menyaksikan film tersebut.

Terutama tentang pengalaman buruk bangsa Indonesia dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Apakah masih ada pendukung PKI atau ada kelompok yang hendak menghidupkan kembali ideologi komunis, Panglima TNI tidak menjawab dengan gamblang pertanyaan tersebut.

Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo. (Tribunnews/HO/Puspen TNI/Kolonel Inf Bedali Harefa)

Ia menjawab bahwa Indonesia punya pengalaman buruk dengan PKI.

"Bahwa kami punya pengalaman buruk, tiba-tiba beberapa jendral dihabisi, maka sistem (kewaspadaan) itu bekerja di TNI sampai saat ini dan biarlah kami," ujarnya.

Baca: Milenial China Kuasai 70 Persen Wisata ke Luar Negeri dan Dorong Pertumbuhan Pariwisata Dunia

Apa yang terjadi pada 30 September 1965, adalah penculikan dan pembunuhan sejumlah jendral TNI AD oleh kelompok bersenjata. 

Pemerintah belakangan mengeluarkan pernyataan resmi, bahwa peristiwa tersebut didalangi Partai Komunis Indonesia (PKI).

Setelahnya, perburuan dilakukan terhadap kader dan simpatisan PKI.

Pada tahun 1984, pemerintah merilis film Pengkhianatan G30S/PKI.

Sampai tahun 1998, film tersebut wajib ditayangkan setiap stasiun televisi, pada 30 September.

Baca: Tubuh Ibu Terlihat Berlumuran Darah dan Dibungkus Ayah Dengan Lakban Elektrik

Setelah film tersebut tidak lagi menjadi tayangan wajib, Gatot Nurmantyo mengaku khawatir pembelajaran tersebut tidak sampai ke generasi setelahnya.

"Kalau sudah tidak ada lagi, untuk menginformasikan, siapa ? Anak tumbuh dewasa, ada media sosial, itu yang diterima, akhirnya tidak sadar. Sejarah kan cenderung berulang, kalau berulang, kasihan bangsa ini," ujarnya. 

(Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo)
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved