Kenapa Film Jagal dan Senyap Tidak Ikut Diputar? Begini Jawaban Menohok Panglima TNI
Film Senyap bercerita bagaimana para pelaku penjagalan terhadap orang-orang yang dituduh terlibat Partai Komunis Indonesia (PKI), di kawasan Sumatera
TRIBUNKALTIM.CO - Film tentang kekejaman yang terjadi seputar peristiwa 1965, bukan hanya Pengkhianatan G30S/PKI.
Beberapa tahun belakangan, muncul dua film terkait peristiwa tersebut yang mendapat apresiasi dari dunia internasional.
Film tersebut adalah film karya Joshua Oppenheimer, sineas asal Amerika Serikat (AS), yang berjudul Senyap dan Jagal.
Baca: Kesaksian Nugroho Notosusanto, Penulis Film G30S/PKI, Lihat Langsung di Rumah Yani
Film Senyap bercerita bagaimana para pelaku penjagalan terhadap orang-orang yang dituduh terlibat Partai Komunis Indonesia (PKI), di kawasan Sumatera Utara.

Sementara film Jagal tentang kehidupan adik dari korban penjagalan oleh orang-orang yang mengklaim sebagai anti-komunis.
.jpg/220px-The_Act_of_Killing_(2012_film).jpg)
Baca: 11 Artis yang Punya Permintaan Super Aneh Saat Konser, Sampai Ada yang Blak-blakan Minta PSK!
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menginstruksikan kepada jajarannya untuk menonton Film Pengkhianatan G30S/PKI.
Sementara, film Jagal dan Senyap tidak masuk dalam instruksinya.
Ia pun memberikan jawaban mengenai hal tersebut.
"Itu kan ada badan sensor dan kepolsian dan sebagainya, yang saya (instruksikan) adalah menyetel film itu," kata Gatot kepada wartawan di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (22/9/2017).
Baca: Gubernur Kaltim Imbau Pemuda Contoh Kiprah dan Perjuangan Almarhum Mukmin Faisyal
Alasan dirinya menginstruksikan jajarannya kembali menonton film Pengkhianatan G30S/PKI untuk mengingatkan agar sejarah kelam tersebut tidak terulang.
"Kalau sudah tidak ada lagi untuk menginformasikan siapa. Anak tumbuh dewasa ada media sosial. Itu yang diterima akhirnya tidak sadar. Sejarah kan cenderung berulang. Kalau berulang kan kasihan bangsa ini," katanya.
Baca: Ruang VIP Bandara SAMS Sepinggan Dipadati Pelayat, Jenazah Mukmin Faisyal Tiba di Balikpapan
Gatot menyebut tidak masalah banyak orang yang mempersepsikan lain terkait instruksi kepada jajarannya.
"Orang mempersepsikan lain, ya silahkan saja. Haknya beda-beda kok tidak masalah. Saya tidak akan menanggapi itu. Yang penting saya kerjakan," ujarnya.
Jadi Pengalaman Buruk
Panglima TNI Jendral TNI Gatot Nurmantyo memerintahkan jajarannya untuk menonton film Pengkhianatan G30S/PKI.
Gatot Nurmantyo menyebut banyak yang bisa dipelajari dengan menyaksikan film tersebut.
Terutama tentang pengalaman buruk bangsa Indonesia dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Apakah masih ada pendukung PKI atau ada kelompok yang hendak menghidupkan kembali ideologi komunis, Panglima TNI tidak menjawab dengan gamblang pertanyaan tersebut.

Ia menjawab bahwa Indonesia punya pengalaman buruk dengan PKI.
"Bahwa kami punya pengalaman buruk, tiba-tiba beberapa jendral dihabisi, maka sistem (kewaspadaan) itu bekerja di TNI sampai saat ini dan biarlah kami," ujarnya.
Baca: Milenial China Kuasai 70 Persen Wisata ke Luar Negeri dan Dorong Pertumbuhan Pariwisata Dunia
Apa yang terjadi pada 30 September 1965, adalah penculikan dan pembunuhan sejumlah jendral TNI AD oleh kelompok bersenjata.
Pemerintah belakangan mengeluarkan pernyataan resmi, bahwa peristiwa tersebut didalangi Partai Komunis Indonesia (PKI).
Setelahnya, perburuan dilakukan terhadap kader dan simpatisan PKI.
Pada tahun 1984, pemerintah merilis film Pengkhianatan G30S/PKI.
Sampai tahun 1998, film tersebut wajib ditayangkan setiap stasiun televisi, pada 30 September.
Baca: Tubuh Ibu Terlihat Berlumuran Darah dan Dibungkus Ayah Dengan Lakban Elektrik
Setelah film tersebut tidak lagi menjadi tayangan wajib, Gatot Nurmantyo mengaku khawatir pembelajaran tersebut tidak sampai ke generasi setelahnya.
"Kalau sudah tidak ada lagi, untuk menginformasikan, siapa ? Anak tumbuh dewasa, ada media sosial, itu yang diterima, akhirnya tidak sadar. Sejarah kan cenderung berulang, kalau berulang, kasihan bangsa ini," ujarnya.