Ini Kisah Mata Hari, Penari Striptis yang Diduga Mata-mata yang Sempat Tinggal di Jawa Timur

Selanjutnya dia bertolak ke Paris dan menamai dirinya dengan sebutan Mata Hari sebagai nama panggung untuk pertunjukan menari bergaya erotis.

Editor: Amalia Husnul A
The Vintage News
Mata Hari. 

Baca: Stadion Ala Old Trafford Impian Sandi Akan Dibangun di Lahan yang Pernah Berstatus Sengketa

Baca: Wajib Ditiru! Jurus Jitu Menteri Susi Pudjiastuti Tetap Pintar Meski tak Tamat SMA, Bikin Kagum

Bagaimanapun, justru hal inilah yang membuat kalangan sejarawan sangsi pada tudingan terhadap Mata Hari.

Intelijen Perancis, menurut beberapa sejarawan, sejak lama mampu memecahkan bahasa kode di dalam tulisan surat telegram tersebut.

Jerman pun tahu intelijen Perancis sudah bisa memecahkannya. Toh, Kalle tetap mengirimkannya ke Berlin. Dengan kata lain, Kalle ingin intelijen Perancis membacanya.

Jadi, asumsi ini berpendapat bahwa Jermanlah yang menuntun Perancis untuk menangkap dan mengeksekusi agennya sendiri.

Asumsi lain menilai Perancis yang menciptakan dokumen itu untuk mengambinghitamkan Mata Hari dan memuaskan publik.

Pasalnya, mengapa hanya ada terjemahan resmi? Di mana telegram aslinya?

Kedua teori itu sama-sama berpandangan bahwa Mata Hari hanyalah korban, sedangkan Jerman atau Perancis ingin agar dia dilenyapkan.

Baca: Istilah Jomblo Sudah Ada Sejak Tahun 1993, Sejarahnya Terungkap, Begini Ceritanya

Baca: Greget, Lihatlah Tunggangan Bocah Cilik Ini saat Banjir Melanda, Reaksi Orangtuanya Malah Begini

Baca: Keren, Bukan Emas, Bukan Uang, Pria Ini Beri Mahar Saham untuk Nikahi Pacarnya. Begini Ceritanya

Rincian interogasi

Selama bertahun-tahun, rincian interogasi Mata Hari oleh jaksa Pierre Bouchardon tidak bisa diakses para sejarawan.

Namun, berkat dokumen yang dirilis Kementerian Pertahanan Perancis, asumsi mengenai Mata Hari bisa dipatahkan.

Berdasarkan transkrip interogasi pada Juni 1917, Margarethe Zelle memutuskan untuk mengakui perbuatannya.

Kepada Bouchardon, dia mengaku telah direkrut Jerman sebagai mata-mata pada 1915 di Den Haag, Belanda.

Keputusannya itu dilatarbelakangi keputusasaan untuk bisa kembali ke Paris pada awal perang.

Karl Kroemer, konsul Jerman di Amsterdam, menyanggupi mengirimnya ke Paris, asalkan dia bisa menyediakan informasi secara berkala. Sejak saat itulah Agen H21 diciptakan.

Baca: Netizen Anggap Kelakukan Kemal Palevi tak Sopan Dihadapan BJ Habibie, Begini Ujar Si Pemilik Video

Baca: Wanita Ini Nekat Tenggelamkan Mobil Mewah Milik Mantan Pacarnya, Gara-gara Alasan Ini

Baca: Bawa bahan Peledak, Kapal Nelayan Diciduk di Perairan Manggar

Mata Hari berkeras bahwa dirinya hanya ingin mengambil uang yang ditawarkan kemudian lari. Dia mengklaim bahwa kesetiaannya ada pada Sekutu, sebagaimana dia tunjukkan saat berjanji membantu intelijen Perancis.

Pengakuan tersebut malah membawanya ke Chateau de Vincennes di pinggiran timur Kota Paris.

Mata Hari dituntun ke sebuah tiang di tanah lapang dengan satu tangan terikat. Sebanyak 12 serdadu mengarahkan senjata api mereka ke tubuhnya.

Beberapa laporan menyebut bahwa dia menolak matanya ditutup.

Dia sempat melambaikan tangan ke pengacaranya. Sesaat kemudian suara letupan senapan terdengar dan Mata Hari jatuh terpuruk dengan lutut menghujam tanah.

Seorang perwira mendekati sambil menenteng pistol dan menembaknya sekali di bagian kepala.

Sesudah eksekusi, tiada seorang pun yang mengambil jasad Mata Hari. Karenanya, jenazah perempuan tersebut dibawa ke fakultas kedokteran di Paris untuk digunakan sebagai bahan mata kuliah pembedahan.

Kepalanya kemudian diawetkan di Museum Anatomi. Namun, ketika dilakukan inventaris 20 tahun lalu, ternyata organ tubuh itu telah menghilang. (*)

Sumber: Tribunnews
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved