Sering Takut? Terungkap Perasaan Ini Ada Hubungannya dengan Kualitas Tidur

Selama fase ini, mata bergerak lebih cepat, nafas menjadi tidak teratur, dan aktivitas otak serta ritme detak jantung meningkat.

TRIBUNKALTIM.CO/AZHAR SRIYONO
Ilustrasi. Phobia atau ketakutan berlebih dapat dialami oleh siapa saja, yang kadag bahkan terasa tidak masuk akal. 

Sebagai contoh, bila kejutan listrik ringan selalu mengikuti lampu biru, para partisipan kemungkinan besar akan mengantisipasi dan merasa takut akan warna tersebut.

Selama tes, peneliti memantau aktivitas otak di amigdala (jaringan limfoid dalam faring atau dekat pangkal lidah), hipokampus (bagian dari otak besar yang terletak di lobus temporal), dan Ventromedial prefrontal contex (otak yang terkait dengan respon ketakutan).

Penelitian dilanjutkan dengan meminta peserta kembali tidur semalaman penuh di dalam laboratorium sebelum mengulang tes tersebut.

Baca: Instagramable Banget deh, 5 Obyek Wisata Bogor Ini Lagi Hits di Medsos

Temuan menunjukkan korelasi yang nyata antara lama tidur REM dengan besarnya reaksi ketakutan terhadap lampu berwarna.

Semakin banyak tidur REM, respons ketakutan partisipan semakin tidak ekstrem.

Temuan ini menunjukkan bahwa tidur REM memainkan peran kunci dalam membantu otak mempersiapkan diri dan menahan dampak dari trauma emosional.

Para peneliti juga menemukan bukti bahwa kualitas tidur seseorang memiliki kaitan dengan kejadian atau tingkat keparahan kondisi psikologis, mulai dari PTSD sampai depresi.

Baca: Siang Ini, Menteri Susi Pimpin Penenggelaman 33 Kapal Pencuri Ikan di Natuna

Ke depannya, para peneliti berharap untuk bisa lebih memahami bagaimana tidur REM dan PTSD terhubung.

Sementara itu, Germain berpendapat bahwa riset ini akan menjadi lebih menarik bila waktu tidur yang diamati menjadi lebih lama.

Dia ingin melihat bagaimana respons seseorang terhadap trauma berubah-ubah berdasarkan lama waktu tidur REM setiap malam. 

Meski demikian, dia mengungkapkan bahwa hasil penelitian ini menjanjikan untuk para petugas kesehatan di lapangan maupun orang dengan PTSD. "Ini adalah contoh bagus tentang pentingnya tidur dalam menjaga kesehatan emosional yang sehat," kata Germain. (Kompas.com/Gloria Setyvani Putri)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved