Muara Enggelam, Desa tanpa Daratan yang Punya Benteng 'Raksasa' Mirip Kisah Film Waterworld
Rumah-rumah warga di desa ini terapung di atas air. Mereka biasa menyebutnya rumah rakit
Penulis: Syaiful Syafar | Editor: Syaiful Syafar
TRIBUNKALTIM.CO - Pernah menonton film Waterworld yang diperankan aktor Kevin Costner?
Film sains fiksi yang dirilis tahun 1995 itu mengisahkan tentang Bumi yang telah direndam air.
Di film itu umat manusia mencoba bertahan hidup di atas air laut yang asin dan mereka juga mencoba menemukan daratan baru.

Baca: Bayi Umur 10 Bulan Derita Penyakit Mematikan, Mau Operasi tapi BPJS hanya Tanggung Segini
Mirip dengan gambaran film itu, ternyata ada sebuah desa di Indonesia yang tidak mempunyai daratan.
Desa itu bernama Muara Enggelam, berada di Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Ada ratusan jiwa yang tinggal di desa ini. Diklaim sebagai penduduk yang paling sedikit di Kabupaten Kukar.
Rumah-rumah warga di desa ini terapung di atas air. Mereka biasa menyebutnya rumah rakit.
Rumah-rumah tersebut didirikan di atas log kayu kering kemudian diapungkan dan didirikan bangunan.
Baca: 18 Jam Diburu, Pelaku Pembacokan dan Pembakar Kantor Lurah Ditemukan Terbujur Kaku
Rabu (3/1/2018), salah seorang pengguna Facebook bernama Arian mengunggah foto-foto tentang kondisi permukiman warga di Desa Muara Enggelam.
Terdapat empat foto yang memperlihatkan kampung apung tersebut.
Uniknya, ada sebuah pagar besar yang terbuat dari kayu tampak membentengi kampung tersebut.

"#Muara_Enggelam Punya Pintu Gerbang.
Desa Muara Enggelam, Desa yg tidak mempunyai daratan.
Mirip pintu gerbang sebuah benteng,,,, tapi ini memang benteng sebenarnya.
Bentangan pagar ulin ini sangat bermanfaat dan berfungsi sebagai pelindung Desa Muara Enggelam Kecamatan Muara Wis dari terpaan angin dan gulma atau kumpai dalam bahasa kutai di sekitar danau.
Fungsinya pelindung saat musim penghujan dan ketinggian air danau atau sungai melampaui batas normal dimana tumbuhan gulma/enceng gondok tumbuh subur di sekitar danau. Pagar ulin inilah yang berfungsi untuk menahan pergerakan gulam/enceng gondok yang dapar mendorong benda disekitarnya akibat tiupan angin.
Jika tidak ada bentangan pagar ulin tersebut rumah penduduk yang berada di muara sungai Enggelam bisa bergeser bahkan roboh.
awalnya semua pemukiman di Desa Muara Enggelam berada di atas air atau rakit yang konstruksi rumah tersebut dapat mengikuti ketinggian air, namun saat ini sebagian sudah menggunakan konstruksi tongkat dengan menggunakan kayu ulin," tulis Arian pada unggahan tersebut.

Baca: Resmi, Mitra Kukar Umumkan Eks Pemain Liga Inggris Ini sebagai Rekrutan Anyar

Baca: BKN Tetapkan NIP CPNS dari 24 Kementerian/Lembaga, 13 Instansi Belum Usulkan, Ini Daftarnya!
Baca: Suka Pamer Bodi Bahenol, Benarkah Pedangdut Lucinta Luna Transgender? Bandingkan Foto Ini
Warganet banyak yang terpukau melihat eksotisme kampung tersebut. Tidak sedikit pula yang teringat dengan masa lalunya.
Astina Norham: "Iya benar sangat unik..rmh diatas air..ikan asap/salai itu warisan dari nenek jaman dulu..termasuk almarhum nenek saya yg bikin.. jadi kangen pengin pulkam"
Zakaria Akhmad: "Jadi ingat pernah masuk lagi lewat sini ke dusun ketibeh desa enggelam kl gak salah hehe..."
Hasyim Syim: "Mantep bang jepretanx"
Arbiyah Zegen: "Wao keren ...nti pas Mtq sy bisa lihat tu..."
Punya Jembatan Unik Mirip The Rolling Bridge
Desa Muara Enggelam, Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki jembatan yang unik.
Jembatan yang terbuat dari kayu ini bisa disetel buka-tutup, mirip "The Rolling Bridge" di Inggris.
Jembatan kayu ini dibangun pada 2006 silam lewat program Gerbang Dayaku.

Ketika akan dibangun, warga menyampaikan ide agar jembatan itu harus bisa buka-tutup.
Pasalnya, Desa Muara Enggelam ini kerap dilanda banjir musiman akibat air sungai pasang.
Karena letak desa ini dikelilingi sungai dan danau, maka warga menggunakan perahu ces atau longboat untuk akses sehari-hari.
Ketika air sungai surut, jembatan difungsikan sebagaimana mestinya. Tapi saat air sungai pasang, jembatan akan dibuka sehingga perahu ces dan longboat bisa melintas di bawah jembatan.
Berkah di Balik Banjir
Banjir kerap kali merendam Desa Muara Enggelam, Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara.
Kendati terendam banjir, layanan di kantor desa tetap dibuka seperti biasanya.
Banjir juga tak membuat warga sekitar mengeluh.
Selain banjir merupakan siklus tahunan akibat fenomena air sungai pasang, warga justru mendapatkan berkah.
"Kalau banjir begini, justru banyak ikan di tempat kami," tutur Alfian, Pejabat (Pj) Kepala Desa Muara Enggelam saat diwawancara Tribun Kaltim, Minggu (22/2/2015).

Mayoritas penduduk Muara Enggelam memang berprofesi sebagai nelayan.
Warga Desa Muara Enggelam tinggal di rumah-rumah rakit.
Ada 170 kepala keluarga tinggal di desa yang dikenal penghasil salai ikan ini.
Ada Listrik tapi tak Boleh Pakai Kulkas
Sejak 2015 lalu, warga di Desa Muara Enggelam sudah bisa menikmati listrik selama 24 jam.
Sebelumnya mereka hanya bisa menikmati listrik pada malam hari, itupun dibantu mesin genset yang biaya operasionalnya ditanggung bersama lewat iuran warga.
Kini, warga menikmati listrik dari pembangkit tenaga surya.

PLTS komunal memiliki kapasitas 30 Kwp (kilowatt peak), lalu dibagi rata ke 169 rumah warga.
Masing-masing rumah mendapat jatah listrik 260 watt/jam.
Jadi, penggunaan kulkas tidak diperbolehkan karena menyerap daya lebih tinggi.
Setiap rumah dipasang Kwh meter.
"Jika penggunaan daya listrik terlalu besar, maka listrik di rumah warga tersebut secara otomatis akan mati," tutur Alfian, Pejabat (Pj) Kepala Desa Muara Enggelam kepada Tribun Kaltim, Minggu (22/2/2015).
Warga, kata Alfian, hanya diminta membayar iuran listrik Rp 3.000/hari atau Rp 90.000/bulan.
Iuran ini dipakai untuk biaya operasional PLTS, yakni bayar gaji operator dan perawatan.
Sebagian lagi masuk dalam PAD Desa. (*)