Sadis! Hasil Otopsi Orangutan yang Ditemukan Mati Tanpa Kepala, Ada 17 Peluru Bersarang di Tubuh
Setelah empat hari lalu ditemukan mayat orangutan tersebut telah diotopsi atau nekropsi pada Kamis petang (18/1/2018).
TRIBUNKALTIM.CO - Konflik manusia dengan orangutan kembali terjadi.
Satu individu orangutan ditemukan tewas mengenaskan dengan kondisi tanpa kepala dan bangkainya mengapung di Sungai Barito sekitar Jembatan Kalahien, Kabupaten Buntok, Barito Selatan, Kalimantan Tengah, Senin (15/1/2018).
Setelah empat hari lalu ditemukan mayat orangutan tersebut telah diotopsi atau nekropsi pada Kamis petang (18/1/2018).
Otopsi tersebut dilakukan oleh Polda Kalimantan Tengah dengan menurunkan tim forensiknya dan dibantu oleh tim medis BOSF, Centre for Orangutan Protection (COP).
Baca: Geger! Bangkai Orangutan tanpa Kepala Ditemukan Mengapung di Sungai, Dikira Mayat Manusia

Baca: Wah, Individu Betina Orangutan Sumatera Langka Ini Lahirkan Bayi di Inggris
Proses otopsi berjalan selama dua jam, hasil otopsi yang dilakukan oleh tim mengungkapkan jika orangutan berjenis kelamin jantan dewasa ini disebabkan oleh benda tajam sehingga leher putus atau tebasan.
Ditemukan lebih dari 3 luka pada bagian leher individu orangutan.
Tak hanya itu, ditemukan pula 17 peluru senapan angin bersarang di tubuh mayat orangutan tersebut.
Satu peluru senapan angin di paha kiri, 14 peluru senapan angin di badan bagian depan dan 2 peluru senapan angin dibagian belakang badan atau punggung.
Baca: VIDEO - Orangutan Ini Bertingkah Seperti Manusia, Bisa Ngakak Guling-guling, Lihat Aksinya!
“Hasil otopsi hari ini telah membuktikan bahwa kematian orangutan karena manusia, itu dibuktikan dengan ditemukannya banyak peluru senapan angin. Dugaan kuat kami kematian orangutan ini karena ditembak menggunakan senapan angin menembus jantung, paru-paru dan lambung. Kemudian kepala ditebas. Patah tulang iga dan putusnya kepala karena tebasan harusnya membuat Kepolisian dan terutama KLHK untuk bisa lebih bersemangat mengungkap kasus ini. Kewibawaan KLHK dalam kasus ini dipertaruhkan.”, kata Ramadhani, Manager Perlindungan Habitat COP.
Selain itu ditemukan pula terdapat 7 tulang rusuk sebelah kiri yang patah.
Diperkiraan kematian ketika ditemukan pada hari Senin (15/1/2018).
Baca: Tak Semua Orangutan Bisa Dilepasliarkan, Ini Penyebabnya
Sementara itu pada bagian organ dalam, lambung pecah karena peluru senapan angin.
Bagian jantung dan paru-paru terkena peluru senapan angin.
Sedangkan pada dada sebelah kiri terdapat luka lebam akibat benda tumpul yang menyebabkan tulang rusuk patah.
Pencernaan normal, terdapat kulit kayu dan daun-daunan yang belum tercerna sempurna.
Baca: Sederet Tanda Ini Jadi Alarm Bakal Punahnya Populasi Orangutan di Kalimantan
Alasan hilangnya rambut atau bulu pada individu orangutan itu disebabkan oleh arus air.
Berdasarkan hasil otopsi, tidak ditemukan adanya microchip atau dipastikan orangutan liar.
Mayat orangutan setelah otopsi dibawa dan dikubur di BOSF Nyaru Menteng untuk alasan keamanan. (Tribunkaltim.co/ Kay)
Kecaman BOSF
Penemuan jasad orangutan dewasa di Sungai Barito jadi perhatian Yayasan Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) di Palangkaraya.
Humas Yayasan BOSF, Monterado Friendman atau yang akrab dipanggil Agung, Senin (15/1/2018), mengungkapkan kekesalannya atas pembantaian orangutan yang merupakan satwa dilindungi tersebut.
"Kembali BOS Foundation menyayangkan kejadian ini. Jika benar kematian orangutan yang ditemukan mengapung disungai ini akibat konflik dengan manusia (terbukti dengan beberapa luka sabetan benda tajam dan tanpa kepala) kami mengutuk keras hal ini," ujar Agung, Senin (15/1/2018).
Baca: Seksi dan Menawan, Ini Nih Link Video Beberapa Aksi Marion Jola dan Foto-foto Cantiknya
Agung juga mengajak berbagai pihak terkait semakin gencar mengkampanyekan pelestarian orangutan Kalimantan yang kini statusnya sudah sangat terancam punah.
"Stop perburuan, stop pembunuhan dan kekerasan terhadap orangutan," ujar Agung. (*)