Dimanjakan dan Didandani Sangat Cantik, Ini Kisah Gadis yang Dipaksa Jadi Pelaku Bom Bunuh Diri
Kami dibolehkan memilih gaya rambut apapun. Kami juga mendapat lukisan henna di tangan, kaki, bahkan kadang di leher
Walau membenci semua hal di kamp, Falmata senang dengan pelajaran agama.
Suatu waktu, hari-hari membosankan Falmata terganggu oleh sebuah kejadian.
Falmata didekati sejumlah pria bersenjata dan disuruh menyiapkan diri untuk suatu hal yang penting.
Kakinya dilukis menggunakan henna dan rambutnya diluruskan.
Apakah ini persiapan untuk menikah, tanya Falmata dalam hati. Apakah dia akan dinikahkan dengan seorang anggota milisi?
"Teman saya Hauwa telah bersedia menikah sebagai cara untuk bertahan hidup. Dia ingin menemukan cara untuk kabur," kata Falmata.
Baca: Dispar Kaltim Bagikan 500 Majalah Pariwisata ke Hotel hingga Pesawat
Baca: Ternyata Dua Mobdin Yang Dikembalikpan DPRD Kutim Kondisinya Rusak Berat
"Gadis-gadis yang lain membencinya karena setuju menikah dan begitu pula saya, awalnya sih begitu. Namun, saya bisa paham dengan niatnya sekaligus merasa kasihan karena dia tidak bahagia."
Para perempuan, dewasa dan anak-anak, membantu Falmata untuk bersiap-siap.
"Saya bertanya-tanya, untuk pernikahan atau bagaimana?' Tapi kan saya tidak bisa menanyakan apa tujuan persiapan ini. Teman-teman kemudian menenangkan dan mengatakan agar saya sabar."
Pertanyaan Falmata terjawab dua hari kemudian ketika sejumlah anggota milisi melilitkan bahan peledak di pinggangnya.
Para anggota milisi mengatakan kepada Falmata bahwa jika dia membunuh orang kafir, dia akan langsung masuk surga.
Seperti perempuan lainnya yang jadi pengebom bunuh diri, Falmata disuruh meledakkan diri di pasar atau tempat yang penuh kerumunan orang.
"Sedemikian takutnya, saya mulai menangis. Tapi mereka menyuruh saya sabar dan menerima takdir," ujarnya.