Ini yang Bikin Aparat Dilema soal Lapas yang Over Kapasitas
Faktanya saat ini, banyak warga binaan yang tersangkut kasus narkoba, justru menjadikan Lapas atau Rutan sebagai tempat belajar.
Penulis: Doan E Pardede |
Selain penindakan, langkah pencegahan juga cukup atau bahkan sangat penting.
"Kalau penanganannya itu reaktif, efektifitasnya juga tidak ada. Penanganannya hanya seperti pemadam kebakaran saja. Bukan saya tidak setuju dengan penindakan. Penindakan perlu, ditindak saja seperti itu. Namun yang paling pas sebetulnya, pencegahan juga sangat diperlukan," ujarnya.
Pernyataan ini menurutnya bukan tanpa alasan.
Baca: Wow. . . Belum Habis Triwulan I 2018 Polda Kaltim Sudah Sita 13 Kg Sabu
Berdasarkan data, penyalahgunaan narkoba di Indonesia dari hari ke hari kian memprihatinkan, karena menduduki peringkat 3 di dunia.
Di Indonesia sendiri, penyalahgunaan narkoba di Kaltim sempat menduduki peringkat 2, dan turun ke peringkat 4 setelah provinsi Kaltara berpisah dan menjadi provinsi sendiri.
Upaya pemberantasan tanpa menyentuh akar permasalahan atau tanpa memaksimalkan langkah pencegahan, menurutnya hanya membuat pengguna atau pasar narkoba semakin besar.
Di saat aparat gencar melakukan penindakan, yang ada Lapas dan Rutan semakin disesaki warga binaan yang tersangkut kasus narkoba.
Saat ini, kata dia, dari hampir 11 ribu orang warga binaan yang tersebar di 11 di Lapas dan Rutan, sebanyak 6 ribu di antaranya tersangkut kasus narkoba.
"Dari hampir 11 ribu itu, 6 ribu di antaranya atau sekitar 65 persen adalah kasus narkoba," bebernya.
Pencegahan dari sisi pendekatan ekonomi juga menurutnya perlu menjadi perhatian.
Pasalnya, beberapa kasus narkoba yang terjadi sudah berbicara masalah pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.
Baca: Begini Kisah Cinta Stephen Hawking yang Diungkap dalam Film The Theory of Everything
Sebagian masyarakat sudah menjadikan narkoba sebagai sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Agus juga tak menampik bahwa Lapas dan Rutan belum sepenuhnya bebas narkoba.