Ini yang Bikin Aparat Dilema soal Lapas yang Over Kapasitas

Faktanya saat ini, banyak warga binaan yang tersangkut kasus narkoba, justru menjadikan Lapas atau Rutan sebagai tempat belajar.

Penulis: Doan E Pardede |
TRIBUN KALTIM / CHRISTOPER DESMAWANGGA
Jumlah warga binaan di Rutan Klas IIA Sempaja sudah over-crowded, remisi pun menjadi salah satu cara untuk mengurangi jumlah narapidana, Sabtu (20/8/2016). 

Agus menyebut, ada saja anak buahnya terlibat dalam mata rantai peredaran narkoba, dan hingga saat ini sudah sebanyak 30 orang yang ditindak. Beberapa di antaranya sudah ada yang diberhentikan.

"Petugas kami di Lapas dan Rutan, sudah ada 30 yang terlibat. Jujur saja saya katakan," ujarnya.

Walau memang cukup sulit, dia memastikan bahwa upaya pembinaan dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM) di Lapas dan Rutan terus dilakukan.

Sebagai gambaran, kata dia, jika ada warga binaan kasus narkoba yang divonis penjara (misalnya) selama 12 tahun, maka selama itu pula petugas harus berinteraksi.

Sebagai manusia biasa, petugas juga bisa menjadi akrab dan berteman dengan para warga binaan

Hal-hal seperti ini juga menurutnya menjadi tantangan tersendiri dalam upaya bersih-bersih narkoba di Lapas dan Rutan.

Belum lagi bicara bahwa  warga binaan saat ini, terutama kasus narkoba, korupsi, terorisme, ini juga memiliki tingkat kecerdasan yang lebih baik daripada para petugas Lapas dan Rutan.

Perbedaan tingkat kecerdasan ini juga bisa mempengaruhi petugas dalam menjalankan tugasnya.

"Kenapa kok lesu? Iya pak, anak saya mau sekolah nggak ada biayanya. Ya sudah daftarkan saja, saya yang bayar. Ini contoh kecil saja. Inilah pak permasalahan-permasalahannya," ujarnya menggambarkan interaksi antara petugas dan warga binaan.

Untuk mempersempit ruang gerak peredaran narkoba di dalam Lapas dan Rutan,  pihaknya juga intens melakukan razia.

Walau harus diakui, kata dia, untuk melaksanakan razia yang benar-benar steril dan tidak bocor, juga cukup sulit.

Namun pihaknya tetap berupaya agar razia ini efektif, dengan memberitahukan informasi ke orang-orang tertentu yang bisa dipercaya saja.

"Saat kami melakukan razia, kami tidak memberitahukan kepada siapapun, kecuali kepada pejabat yang bisa dipercaya. Sulit pak. Kalau uang, handphone bisa dapat sampai 40 buah. Tapi narkoba tidak bisa. Karena begitu kita masuk, mereka buang ke kloset, itu sudah nggak ada. Tapi nggak apa-apa. Paling tidak kami bisa mempersempit ruang gerak narkoba di dalam," ujarnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved