Lepas Sepatu Hak Tinggi, Waria Berhasil Kabur dari Kejaran Petugas
Kesan feminim berubah 180 derajat saat mendengar sepatu laras terhentak ke tanah, dan sekumpulan pria mencoba menangkapnya.
Sayang, petugas kalah cepat dan kehilangan jejak di persimpangan gang bercabang.
"Larinya ceper banget, otot kakinya (waria itu) besar banget,"ujar seorang petugas yang terlibat pengejaran dengan nafas tersengal.
"Padahal kita rutin olahraga dan main bola voly di kantor,"sambungnya.
Baca: Di Depan Komnas HAM, Novel Baswedan Buka-bukaan Tentang Kasusnya
Tak mau pulang tangan kosong, aparat yang kini ketambahan 3 personel polisi yang kebetulan ingin membantu, pindah ke titik lainya di sekitaran Gunung Pasir, dekat kantor Kesbangpol dan SMA 1 yang saban dinihari jadi tempat mangkal.
Sayang, tak satupun pekerja seks ini menampakkan batang hidungnya.
"Usul Ndan, kita pindah ke Markoni saja, ini sudah jam 01.20 (dinihari) biasanya sudah pada mangkal," kata petugas pamong senior pada Sis, diamini dengan penyusunan rencana dan jalur pengepungan agar tak kabur.
Benar saja, memasuki gang samping dealer mobil, tak jauh dari kantor Samsat, jalan Jendral Sudirman, ditemui dua orang waria berdiri diterangi lampu jalan, menunggu calon pemakai jasa.
Seorang petugas turun dari mobil dan langsung memegang pergelangan tangan waria yang asyik memainkan layar smartphonenya. Keduanya pasrah tak melawan
"Iya iya, aku ga lari, aku ga bisa lari memang,"kata waria berkulit putih mulus merata, dengan nama panggilan sebut saja Rita digelandang naik ke mobil petugas.
Pekerja seks berumur 33 tahun itu mengaku, sejak awal sudah melihat mobil patroli petugas berseliweran dekat tempat mangkalnya. Pun begitu, lantaran baru saja datang dari kost dan belum dapat pelanggan satupun, ia tetap nekat mangkal.
"Ngapain aku lari, aku ga merampok kok,"katanya yang sudah dua tahun pindah mangkal ke Balikpapan, setelah kenyang berkelana sejak 2008 di beberapa kota di Sulawesi bekerja salon dan sebagai pekerja seks.
"Udah ga kehitung mas ditangkap, perasaan saya sih biasa saja,"kata waria lain, sebut saja Bela santai sambil menghabiskan sebatang rokok kretek menthol.
Terjerat operasi berkali-kali tak membuat mereka kapok, Bela dan Rita kompak, himpitan ekonomi, sulitnya mencari pekerjaan bagi mereka yang dicap waria dan kemudahan mencari uang sebagai pekerja seks masih jadi alasan mereka kembali mangkal tiap kali dilepas.
Dalam semalam mereka bisa mendapat Rp 150-200 ribu dari menjajakan jasa pada 4-5 lelaki hidung belang, mulai dari anak muda baru ber-KTP sampai pria paruh baya.